Pages

Minggu, 31 Agustus 2014

CINTAKU PADA JASMIN

Oleh: RikaJanuarita Haryati

Alangkah lengkapnya, jikalau di tamanmu ada bunga mawar dan melati. Keduanya sama mahsyurnya. Keduanya cantik jelita. Nama mereka pun sungguh indah saat diucapkan maupun saat didengar. Rosa sinensis dan Jasminum sambac. Keduanya semerbak mewangikan taman sejauh pandangan. Oh kumbang mana yang tak tersihir oleh kecantikan keduanya. Hai kupu-kupu mana yang tak terpikat oleh kejelitaan mereka. Tanah mana yang tak bahagia melahirkan keduanya. Bunga-bunga lain pun mendapat berkah karena bisa bersanding dengan keduanya sehingga tersiram keharuman yang terbaik.

Tahukah kau,dibalik semua kesamaan anugrah yang melingkupi keduanya, ada perbedaan yang mencolok. Apakah itu berkaitan dengan warna bunganya? Apakah bentuk batang dan daunnya? Apakah perawakannya? Apakah sifat-sifat filosofisnya? Baiklah, semua kemungkinan itu benar. Tapi yang paling mencolok adalah bagaimana orang memperlakukan keduanya.

Terhadap mawar,pecinta mana yang tak mengenalnya? Warna merahnya adalah perwakilan dari hatiyang buncah. Hati yang berbunga. Bunganya adalah perasaan yang mendalam. Emosi yang teraduk-aduk dan dipenuhi oleh cinta. Memberikan mawar adalah perlambang penawaran cinta. Menerima mawar adalah perlambang menyambut cinta. Tapi oh sayangnya, banyak orang yang salah kaprah. Mereka pikir mawar ini bisa dibeli dan diberikan kepada siapa saja yang disukainya. Bahkan manusia paling bajingan sekalipun bisa dengan ringan menenteng mawar kemana-mana lalu memberikannya kepada siapa saja, perempuan mana saja. Oh, begitulah sejatinya nasib mawar. Atas nama cinta, orang-orang menodai kehormatannya. Karena oh karena, ketika perempuan telah menyambut mawar yang diberikan oleh seorang lelaki, maka meski belum terikat pernikahan, para pecinta palsu merasa telah saling memiliki. Bahkan merasa boleh saling melakukan apa saja. Bergandengan, berpelukan, dan ber-ber lainnya. Pada akhirnya, mawar ini hanya bisa tertunduk menangis menyesali akhir dari sejarahnya hidupnya.

Mungkin kau pun pernah menyaksikan saat remaja galau. Mereka memetik mawar hanya untuk menceraikan beraikan mahkotanya sambil berspekulasi mencari jawaban “iya” atau“ tidak”. Yah, lama disayang-sayang si mawar, pada akhirnya hanya menjadi sampah para spekulan galau. J

Mawar biasanya dipisahkan mahkotanya, lalu di taburkan di jalan-jalan para pejabat yang sedang berjalan. Ya, pada akhirnya kecantikannya hanya untuk diinjak-injak. The last, mawar berakhir di pemakaman.Menjadi penghias tanah yang masih memerah.

Bagaimana dengan melati? Melati bermahkota lebih kecil. Terlihat bersahaja. Warnanya tidak cerah mencolok ataupun merona. Putih saja. Sederhana saja. Tapi wanginya bisa menghipnotis siapa saja. Kecuali orang-orang yang hidungnya bermasalah atau alergi bau wangi yang natural.

Apa yang dilakukan orang-orang terhadap si melati? Pernah kau lihat orang-orang memetik kuncup-kuncup melati lalu mereka letakkan pada keranjang? Pernah jugakah kau melihat orang-orang merangkai bunga melati? Selanjutnya, bunga melati itu akan diletakkan sebagai mahkota penghias di atas kepala para gadis pengantin.Terkadang para tamu undangan pun tak segan memetik sang melati dari kepala si gadis.

Kecantikan melati hanya membersamai kecantikan gadis yang menggenapkan setengah dien (agama).Gadis yang merayakan cintanya dengan cara terhormat. Sungguh, belum pernah terdengar para pecinta palsu memberikan setangkai melati untuk pasangannya J.

Aku suka melati karena ia bisa hidup dimana saja. Ia mudah tumbuh dimana saja. Ia fight terterhadap serangan hama. Menanamnya pun sangat mudah, cukup kau stek saja. Cukup kau tancapkan batangnya ke tanah, maka ia akan tumbuh semarak. Ia tak perlu jambangan mewah atau pot yang cantik. Ia tak perlu dipupuk, karena ia adalah bunga yang mandiri. Ia akan mencari sendiri apa yang ia butuhkan. Ia sederhana,namun kuat. Ia rakyat jelata namun terhormat. Ia kecil namun harum. Ia biasa saja namun khas dan berkarakter.

Aku suka melati.Suka pada kebersahajaannya. Keharumannya yang berwibawa. Orang-orang memperlakukannya dengan hormat. Bentuknya mahkotanya biasa saja bahkan kecil.Bahkan dibandingkan mawar atau anggrek, dia bukanlah apa-apa. Begitu pun warnanya, putih saja. Tidak seperti mawar yang punya spektrum warna bervariasi.Namun karena itulah orang memilihnya untuk melengkapi kecantikan para pengantin.

Sungguh, siapa pun boleh saja menjadi cantik. Gadis manapun boleh saja harum menawan. Namun yang terpenting dari segalanya adalah kecantikan yang berwibawa. Kecantikan yang membuat orang merasa hormat. Tentu saja bukan karena kau cantik, kaya, juga anak pejabat yang membuat orang menghormatimu tapi karena kecantikan akhlakmu yang memancar dengan indahnya.

Palembang, 2 November 2013 pk 17.24 WIB

Sabtu, 30 Agustus 2014

RINDU MERINDU PADU

Oleh:Rika Januarita Haryati

Meski dikelilingi gurun gersang,
bersamamu bagai di taman sejuta bunga

Meskisepi mencekam,
bersamamu bagai sejuta terompet bersahut-sahutan

Meskigelap ruangan,
bersamamu, serasa sejuta lilin menemani

Meskipanas bertandang,
bersamamu, serasa salju turun membelai wajah

Meski hutan berguguran daunnya,
bersamamu, serasa kemeriahan pesta alam kusaksikan

Meskihujan menembus pori-pori kulit,
bersamamu, serasa syair cinta turun berirama

Takada rasa pedih jika bersamamu

Takada obat yang pahit jika kau yang memberikan

Takada beban berat jika kau di sampingku

Takada susah hati jika telah kudengar suaramu

Takada keraguan menembus badai apapun jika kau yang memimpin


Tapi...


Apakah aku dan kau jauh?


Palembang, 27 Oktober 2013 pk.11.25

Jumat, 29 Agustus 2014

TAK TERTULIS

Oleh: Rika Januarita Haryati

Begitu banyak kata yang tidak sempat terkatakan.Begitu menjulang ucapan yang tidak sempat diucapkan. Kata-kata melupakan dirinya sendiri. Padahal rangkaian kalimat telah berjajar dengan indah. Tinggal menunggu peluit ditiup, maka semua kata akan berlomba berjejalan muntah dari mulut. Namun apalah daya, kata-kata telah menyembunyikan dirinya di ruang gelap dan pengap. Mereka sungguh sudah terlalu malu. Dunia ini sudah hampir hancur karena keganasan kata-kata. Maka biarlah mereka berkontemplasi di gua-gua gelap.Biarkan mereka menyesali diri. Kata-kata pun butuh kesendirian untuk menenangkan jiwanya.

Pernahkah kau membayangkan jikalau kata-kata bisa ditumpuk bagai batu? Maka mereka akan menjulang. Tingginya pasti melebihi Mahameru bahkan bisa melebihi Everest. Oh atau justru menyundul langit. Bahkan kita bisa kehilangan ruang untuk bernapas karena semua telah penuh terisi oleh kata-kata.

Pernahkah juga kau berandai-andai jikalau kata-kata adalah butiran hujan? Maka masing-masing kita telah tenggelam oleh ambisi kata-kata kita sendiri. Betapa luas dan dalamnya lautan yang terbentuk karena kata-kata. Bahkan lautan ini bisa menelan Laut Merah, Laut Mati dan betapa mengerikannya karena mereka juga akan menelan semua samudera di dunia. Semua pohon akan tumbang. Tercerabut terbawa gelombang.Hewan-hewan menggelepar kedinginan. Tak ada burung yang berani mengepakkan sayapnya. Bahkan ikan-ikan akan tersesat oleh badai lautan. Bagaimana dengan kita? Kita adalah yang pertama-tama tertelan oleh lautan kata. Mungkin, takkan ada yang tersisa.

Pernahkah kau bayangkan?

Jikalau kata adalah gunung, lihatlah gunung yang terbuat dari kata maaf. Hanya untuk kata maaf saja. Ya, betapa seringnya kita meminta maaf, betapa seringnya kita melakukan kesalahan. Adakah gunung pemberian maaf kita telah sama tinggi dan menjulangnya? Memaafkan adalah karakter orang yang sabar lagi mulia. Namun bagaimana kita bisa menipu diri sendiri. Tentu saja, kita bisa memaafkan siapa saja, tapi kita takkan pernah melupakannya. Bukankah selalu begitu? Seperti maaf yang diberikan oleh sebatang pohon yang telah ditancapkan paku pada batangnya. Maka ia takkan melupakan sakit saat paku itu kita tancapkan, juga sakit saat paku itu kita cabut. Pernyataan maaf kita adalah permintaan kita untuk mencabut pakunya. Maka memaafkan adalah saat dimana paku-paku dicabut.

Lalu, mana yang lebih baik, membiarkan paku itu tetap menancap atau mencabutnya? Jikalau memang sakit, apakah lebih baik tidak usah meminta maaf dan tidak perlu memaafkan? Oh,itu sama saja artinya dengan menancapkan paku seumur hidup. Saat paku karatan,maka ia akan menjadi penyakit yang akhirnya menggerogoti kehidupan sampai akhirnya mematikan. Kejam memang.

Well, tentu saja kita semua mafhum bahwa tidak semua orang bisa berbesar hati untuk memaafkan. Kita pun tahu,bahwa tak semua orang memiliki keberanian untuk meminta maaf. Apalagi jikalau harus meminta maaf pada orang yang lebih muda, atau orang yang jabatannya berada di bawah. Apalagi jika selama ini ia hanya kita pandang sebelah mata. Antara maaf dan gengsi. Banyak orang-orang yang tak bersedia meminta maaf meskipun ia menyadari kesalahannya. Ya banyak sekali.

Tapi, ternyata banyak juga orang yang memaafkan saja meski orang yang bersalah tidak pernah meminta maaf. Saat kutanya apa alasannya, mereka menjawab bahwa mereka tidak suka memelihara kebencian. Karena kebencian itu akan memburukkan nilai kehidupan mereka. Setiap kata bisa menjadi laknat. Setiap doa bisa menjadi sumpah serapah. Oh, setiap kebahagiaan bisa menjadi tak bernilai karena ia tidak lagi bisa ditampung oleh hati yang memendam kebencian. Maka solusinya adalah just forgive all mistakes. Lalu, sambutlah ketentraman dan kebahagiaan yang datang bertubi-tubi.

Tidak semua hal harus dituliskan, tak semua kata pun harus diucapkan. Namun, tulisan memiliki kekuatannya sendiri. Begitu juga kata-kata. Dimana kekuatan mereka? Saat kita berhadapan dengan para hipokrit dan para pengkhianat. Maka semakin banyak hipokrit dan para pengkhianat yang berada dalam suatu negara maka semakin banyak undang-undang yang harus dibuat. Satu kitab takkan pernah cukup. Mungkin seribu kitab pun masih terasa kurang. Bahkan yang lucunya, kitab undang-undang itu dibuat oleh para hipokrit dan pengkhianat. So desperatest.

Banyak hal-hal besar yang tak tertulis. Banyak sejarah lewat begitu saja. Banyak para tokoh besar tidak kita kenal karena tak tertuliskan. Banyak hal yang seharusnya ditulis namun tak tertulis. Tapi lebih banyak lagi hal-hal yang tak perlu ditulis, tapi kita lihat berserakan dimana-mana. Aneh ya?

Sekarang, kita telah menebang berjuta hutan. Memangkas semua ranting pohon untuk dijadikan pena.Kita pun telah mengeringkan banyak lautan untuk menjadikannya sebagai tinta.Apa yang ingin kita tulis? Sejarah besar? Biografi orang besar abad ini?Janji-janji? Atau hal remeh bin temeh?

Hei apa menu makan siang kalian hari ini? :)

Palembang, 4 November2013 pk. 06.28

Kamis, 28 Agustus 2014

HOME SWEET HOME

Oleh: RikaJanuarita Haryati

Entahlah, tiba-tiba saja aku ingin mempunyai rumah sendiri. Home sweet home. Aku tinggal di sana.Membersihkannya. Membeli peralatan masak sendiri. Mengatur barang-barang. Mendesain tata ruangnya. Membuat taman. Membuat kebun. Memelihara ikan atau kelinci.

Ingin sekali rasanya memiliki rumah pribadi. Tidak besar juga tidak apa-apa. Tapi banyak bunga dan sayuran. Pagarnya dirambati oleh bunga atau oleh sayuran yang merambat. Kalau bisa, nanti di beranda belakang ada pohon-pohon yang berbuah.Dan kubayangkan nanti ada semangka yang merambat dengan buah yang besar. Ada anggur yang buahnya menjuntai. Aku memang pengkhayal ya? J

Selanjutnya, didalam rumah ada aquarium kecil yang dihuni oleh ikan cupang yang kecil. Atau di halaman depan ada kolam kecil yang berisi ikan warna-warni. Ikan mas juga boleh. Lalu bayangkan juga ada pot-pot berisi bunga segar yang bergantungan. Wow, asri sekali.

Di dalam dan di luar rumah tidak boleh ada sampah yang berceceran. Jendela rumahnya besar.Sirkulasi udara lancar sehingga tidak perlu memikirkan untuk memasang AC.

Aku akan kembali mengoleksi kaktus, sukulen, agave, dan sansievera. Bahkan jika perlu, nanti kuberi nama ilmiahnya. (Hehe, kurang kerjaan banget ya?). Pada sudut halamana kan kutanam melati dan kemuning. Kalau keduanya berbunga, wanginya akan semerbak kemana-mana. Kalau tidak percaya, cobalah kau tanam sendiri. J

Kalau halaman belakang rumahku kebetulan luas, akan akan menanam durian, duku, dan salam.Ketiganya tumbuhan yang unik. Jarang orang menanamnya. Cobalah perhatikan tanaman di halaman rumah orang lain. Kebanyakan akan kau temui tanaman mangga,sawo, jeruk, jambu, dan tanaman lain yang bisa berbuah dalam ukuran mini. Nanti aku juga berencana menanam pandan, tumbuhan obat-obatan, bumbu dapur lengkap. Gila, kalau dihitung-hitung berarti aku harus punya halaman seluas 1 hektare,itu minimal. It’s okay, step by step.Untuk menghemat lahan, nanti akan kudesain saja tata letak semua yang ingin kutanam. Idih, merepotkan diri sendiri ya J

Sederhana saja rumahku nanti tapi nyaman, sejuk dan segar. Tidak perlu banyak perabot mewah,cukup apa-apa yang diperlukan saja. Misalnya mesin cuci untuk mencuci. Eh kira-kira ada tidak ya mesin pemasak makanan? Selain rice cooker tentunya. Jadi kita tinggal masukkan list mau masak apa saja, lalu tekan tombol ok. Beres deh. Nanti tinggal menunggu menunya matang saja. Ada rendang, sayur asem, nasi, sambal buah. Haha.

Semoga nanti ada beberapa lukisan yang mempermanis dinding ruang tamu. Aku sudah punya beberapa lukisan mungil yang keren. Memang sih masih karya orang lain. Kalau ada waktunya, nanti aku juga akan belajar melukis. Wah, pasti akan menjadi momen yang mengasyikkan.

The last, di rumah harus ada perpustakaan kecil pribadi. Kalau melihat bayak buku berdiri berjajar, cukuplah rasanya. Serasa menjadi orang terkaya di seluruh dunia. Melihat bukunya saja hati sudah merasa senang. Seperti melihat cahaya berpendar-pendar ingin segera keluar dari buku lalu menerangi dunia. Ohmy god. So, you may say I am a dreamer.

Palembang, 11November 2013 pk.15.30 (Ba’da ‘Ashar)

NB: Lucunya adalah ketika aku menuliskan tentang masakan rendang, sayur asem dan sambal buah diatas, ternyata keesokannya tanteku memasak sama persis apa yang kubayangkan. Subhanallah :D
mudah-mudahan saja itu juga berlaku untuk home sweet home. I believe that what is our thinking about, sometimes, will be come to us. A dream will be come true. Although we all dont know, when it will be happening.

Rabu, 27 Agustus 2014

CINTA ADALAH PERSAHABATAN

Oleh: Rika Januarita Haryati

Cinta adalah persahabatan. Orang yang saling mencintai adalah orang yang sama-sama berjanji untuk saling bersahabat selamanya. Marah, benci, kesal dibungkus oleh persahabatan. Maka hal-hal buruk tersebut tak akan kekal. Bagaimanapun, seorang sahabat akan memaafkan kesalahan sahabatnya. Sedang cinta, sayang dan kasihnya pun dibungkus oleh persahabatan sehingga takkan membabi buta.

Dalam bersahabat, selalu ada nasehat. Menasehati atau dinasehati adalah hal yang lumrah dalam jalinan persahabatan. Jika ada kayu yang bengkok, maka akan segera diluruskan dengan cara yang baik. Maka jika seorang sahabat terlena oleh kesalahan, maka sahabatnya akan menasehatinya dan berusaha menjauhkannya dari kesalahan-kesalahan selanjutnya. Bahkan jikalau sahabatnya jatuh kedalam got sekalipun, maka sahabatnya takkan meninggalkannya. Sahabat akan tetap mengulurkan tangannya. Tak peduli betapa kotornya dan baunya got tersebut. Sahabat akan berusaha sekuat tenaga untuk mengeluarkan sahabatnya dari got tersebut.

Entah, bagaimana mengukirkan sebuah cerita tentang persahabatan ini. Mungkin memang muluk. Tapi sungguh, cerita orang-orang yang saling bersahabat itu banyak sekali. Kau tahu kawan, cerita persahabatan orang-orang terdahulu? Pernahkah kau mendengar cerita tentang seorang sahabat yang meletakkan kakinya pada mulut lubang ular? Hal itu ia lakukan agar ular tidak keluar dan menggigit sahabat yang ia cintai.

Pernah jugakah kau mendengar kisah seorang sahabat yang merelakan gadis idamannya akhirnya dipinang oleh sahabat yang menemaninya kerumah sang gadis untuk melamarnya? Apalah daya ternyata sang gadis justru menyukai sahabatnya. Bahkan kau tahu kan jika si sahabat ini akhirnya menghadiahkan maharnya untuk sahabatnya? Dia adalah Salman al Faritsi, sedang sahabatnya adalah Abu Darda. Oh kawan, cerita ini sudah lewat berabad yang lalu. Namun, tiada orang yang akan lupa bahwa cerita ini ada.

Cinta adalah persahabatan. Kau tahu kawan, dalam persahabatan tentulah ada lapang dada. Itulah yang menyebabkan persahabatan kita bertahan sampai sekarang. Oh ya, dalam persahabatan juga ada hormat. Mana tega kita untuk menjelek-jelekkannya meski dari belakang. Bahkan yang ada justru rasa pedih jika mendengar ia dijadikan guyonan oleh orang lain.

Terkadang ajaibnya, ada rasa bahagia ketika ada orang lain menceritakan tentang kebaikannya. Juga ketika ada orang yang menitipkan salam untuknya. Atau ada orang yang juga mendoakan untuk kebaikannya. Saat ia bahagia, kaupun bahagia. Saat ia sedih, tiba-tiba saja langitmu terasa mendung. Apakah kau pernah merasakan hal tersebut?

Dalam bersahabat tidak ada test. Jangan coba-coba menge-test-nya. Test kebaikannya. Test kejujurannya. Atau test-test lainnya. Lalu bagaimana melihat ia apa adanya? Ingatlah perkataan Umar bin Khattab bahwa kita akan tahu dengan sendirinya kualitas sahabat kita dengan saat seperjalanan dengannya, saat berbisnis dengannya dan saat bermalam dengannya. Ia tetap baik atau berubah menjadi srigala.

Saat kau memberlakukan test, maka ketulusanmu telah hilang. Kau takut sebelum ketakutan itu mendatangimu. Kau pengecut. Kau telah mengisolasi sahabatmu. Kau menyemprotkan pestisida ke wajahnya.

Ya, di bumi ini, ada orang-orang yang jikalau kita berada di depannya maka mulutnya dan wajahnya manis sekali. Suaranya memuji kita. Tingkah lakunya akrab dan membuat terkesan. Namun setelah kita hilang dari pandangannya, maka semua aib kita ia obral kepada siapa saja. Seolah-olah kita adalah musuh bebuyutannya. Maka mendoakannya adalah hal terbaik agar penyakitnya tidak menular.

Aku pernah difitnah. Tapi tidak apa-apa. Itu juga sudah lama sekali. Pernah juga ada yang salah mempersepsikan tentang aku. Hal ini yang paling menyakitkanku karena dilakukan oleh orang yang dekat denganku. Tapi tidak apa-apa. Mungkin itu cara Allah memberitahuku sahabat seperti apa dirinya. Sungguh, aku tidak rugi.

Aku berterima kasih karena masih mempunyai banyak sahabat yang tulus. Mereka yang mencintaiku karena Allah. Mereka yang tetap menjaga kehormatanku meski aku jauh dari mereka. Mereka yang tidak mencibirku dari belakang.

Ya,ya,ya bagaimana mungkin mereka melakukannya di belakangku. Kalau ditanya mengapa, bisa-bisa mereka terkekeh sambil berkata: “bagaimana mungkin kami mencibirmu dari belakang, kan lebih asyik langsung dari depan. Haha”

Maka, cinta memang adalah persahabatan.

Palembang, 1 Desember 2013 pk.12.00

Selasa, 26 Agustus 2014

CERITA BOLA

Oleh: Rika Januarita Haryati

Aku tidak suka sepak bola karena memang sangat tidak paham permainannya. Apalagi jika harus menonton sendirian, aku lebih memilih tidur dan melupakan masalah bola yang katanya sedang berlaga dangan sepenuh penuh keseruannya. Selain itu, waktu pertandingan dan penayangan live-nya yang sangat larut benar-benar membuatku tak berminat untuk melirik dua kubu yang sedang bertarung di gelanggang. Alasan lainnya karena dulunya sepakbola memang belum sefamiliar sekarang jika dibandingkan dengan bulu tangkis. Alasan lainnya, sederhana saja, karena itu permainan laki-laki. Setidaknya didominasi oleh laki-laki.

Seiring waktu, demam bola selalu terjadi berulang-ulang. Entah dengan adanya Piala Dunia yang empat tahun sekali dirayakan ataupun Piala Eropa belum lagi kompetisi liga-liga. Meski tak ada jagoan yang berasal dari kandang sendiri, masyarakat kita -Indonesia- memang sudah mempunyai klub sepakbola kesayangannya masing-masing. Liga sepakbola dunia yang mereka jagokan misalnya pada liga sepakbola Inggris yaitu liga premier ada Manchester United, Chelsea, Liverpool, dan Arsenal. Liga Italia di Seri A terdapat AC Milan, Inter Milan, AS Roma, Bologna dan Lazio. Oh Ya, plus juaranya yaitu Juventus. Bundesliga yaitu sebutan untuk liga sepakbola tertinggi di Jerman diwakili oleh Bayern Munchen. And the last is La Liga sebutan untuk liga Spanyol, juaranya adalah Real Madrid disusul oleh Barcelona.

Dari semua liga tersebut, tentu saja ada nama-nama yang sangat dikagumi, dan sangat diandalkan. Pemain-pemain terbaik dunia, sebut saja Cristiano Ronaldo, Ronaldinho, Ronaldo, David Beckham (eh ini pemain bola atau artis ya?hehe), Lionell Messi, Zinedine Zidan. Nah, entah mengapa aku suka pada dua nama terakhir. Apalagi yang paling terakhir, Zinedine Zidan. Yang aku tahu, mereka adalah pemain terbaik dunia. Mendapat kehormatan untuk menyandang gelar pemain terbaik dunia FIFA. Mereka dipilih oleh pelatih kompeten dan wartawan dari seluruh dunia dengan kompetensi yang sangat baik, yang berjumlah 50.000 orang. That's amazing.

Zinedine Zidan dinobatkan sebagai pemain terbaik dunia FIFA pada tahun 1998 (Juventus FC), 2000 (Juventus FC), dan 2003 (Real Madrid) dengan posisi sebagai Gelandang (jadi berbahagialah yang pernah jadi gelandang-an :p ). Nah, pemain terbaik dunia FIFA teranyar adalah Lionel Messi dari Klub Barcelona. Ia memenangkan gelar tersebut secara berturut-turut di tiga tahun terakhir yaitu 2009, 2010 dan 2011 dengan posisi sebagai penyerang. Lalu Cristiano Ronaldo dari Klub Manchester United sebagai gelandang, dipilih FIFA di tahun 2008. sedang Ronaldinho dari Klub FC Barcelona dengan posisinya sebagai gelandang, meraih penyematan sebagai pemain terbaik dunia FIFA pada tahun 2004 dan 2005. Ronaldo dari Barcelona, Klub Real Madrid dengan posisi sebagai penyerang, mendapat kehormatan sebagai pemenang FIFA pada tahun 1996 (Barcelona), 1997 (FC Internazionale dan FC Barcelona) dan 2002 (Real Madrid). Nama-nama lain tentu saja masih banyak, tapi rata-rata memang tidak lebih dari satu kali. Dan nama David Beckham ternyata baru sampai pada runner up di tahun 1999 dan 2001.

Bagaimana dengan bayaran para pemain bola itu ya? Terus siapa yang bayarannya paling mahal?bayaran paling mahal ketika transfer klub adalah Cristiano Ronaldo dengan 1,3 Triliyun (80 juta pounsterling). Ia pindah dari MU ke Real Madrid, sekaligus menggeser rekor Zinedine Zidan yang pernah ditransfer dengan bayaran tertinggi. Nah, sekarang kita lihat berapa gaji termahal pemain sepakbola. Jika jawabanmu adalah Lionel Messi, ya, kamu benar sekali. Lionel Messi pernah dicatat sebagai pemain dengan bayaran termahal yaitu 398 miliyar pertahun. Tentu saja itu sebelum rekornya direbut oleh -lagi-lagi- Cristiano Ronaldo yang digaji sebesar sekitar 501,9 Miliyar pertahun. Pemain dengan bayaran mahal lainnya yaitu Ricardo Kaka 227 Miliyar pertahun dan Thierry Henry Rp 216 Miliyar pertahun.

lalu, siapakah yang menjadi pesepakbola paling tampan yang berlaga di EURO 2012?(LOL)

survey yang diadakan oleh sebuah situs berita olahraga terhadap seratus fans wanita.

Ternyata tester menjawab Mats Hummels (Jerman) sebagai pemain tertampan, disusul oleh Joe Harts (inggris), Robin van Persie (Belanda), Cristiano Ronaldo (Portugal), Cesc Fabregas (Spanyol), Leonardo Bonucci (Italia), Theo Walcott (Inggris), Glen Johnson (Inggris), Mario Gomez (Jerman) dan Jesus Navaz (Spanyol).

Wah, sayang sekali Zinedine Zidan sudah gantung sepatu. Pamornya pasti membuat seratus tester tersebut tak bisa menilai yang lain selain dirinya (:D)

Lalu, Klub mana saja yang dapat gelar sebagai Klub terbaik?

Tahun lalu, Manchester United ditetapkan sebagai klub dengan brand value terbaik (wah, bangga nih klub jagoannya terbaik). Begitu juga tahun ini, 2012. MU mengantongi brand value sebesar 672,9 juta euro. disusul Bayern Munchen 617,9 juta euro, Real Madrid 471,7 juta euro, Barcelona 455,9 juta euro dan Chelsea 312,9 juta euro.

Klub sepakbola terkaya di dunia?

Lagi-lagi Manchester United dinobatkan sebagai klub terkaya versi majalah Forbes. Kekayaannya mencapai $2,235 Miliar. Disusul Real Madrid $1,877 Miliar, dan Barcelona $1,307 Miliar.

Wow, fantastic kan?

Ups, dari tadi kita membicarakan pemain-pemain dari luar, padahal kita juga punya tim pemain sepakbola yang cukup bisa diandalkan. Kita mempunyai Sriwijaya FC.Yah, tinggal menunggu timing yang tepat saja untuk kemudian benar-benar menjadi bintang dunia.

Tugumulyo OKI, 2011

NB: ini tulisanku 3 tahun yang lalu. Waktu itu aku sedang tertarik pada sepak bola.

Senin, 25 Agustus 2014

AKU TAK TAHU APA-APA LAGI

Oleh: Rika Januarita Haryati



Kaulah surgaku, kau keajaibanku.

Aku tak tahu apa-apa lagi.



Jika kau pohon rindang berbuah manis

Oleh: Rika Januarita Haryati

Teduh, sejuk, tempat mata air berkumpul

Aku tak tahu apa-apa lagi.


Kaulah kebahagiaanku,

Kaulah senandung laguku

Tempat bermuara jiwa kekanakkanku

Aku tak tahu apa-apa lagi.


Jika kututup mata, kurasakan kau di sampingku.

Menghibur kesedihanku,

merekahkan senyumanku,

Menghujaniku dengan cinta,

Aku tak tahu apa-apa lagi.


Palembang, 3 Desember 2013

Minggu, 24 Agustus 2014

I LOVE POEM

Aku suka puisi. Puisi bagiku ibarat kata-kata yang dilukis di langit-langit hati. Maka ia bisa membuat jiwa menggelora. Iapun bisa membuka ruang kesedihan. Air wajah kita seketika bisa ia porak-porandakan. Mata kita bisa ia buat memerah, melotot atau bahkan memejam.

Setiap puisi yang ditorehkan Taufik Ismail, aku suka. Tentang sejarah bangsa kita menuju reformasi atau tentang apa saja. Puisi Gus Mus, aku selalu suka. Ia menggelitik ruang religius kita. Menohok langsung ke jantung. Puisi Ahmadun Y Herfanda, oh betapa lembut puisinya menggedor kepongahan kita. Puisi Helvy Tiana Rosa, citarasa antara seni dan semangat keislaman. Puisi Sapardi Djoko Damono juga kusuka. Romance-nya sangat kental. Semuanya indah. Semua aku suka.

Adalah puisi yang selalu berhasil membuatku merenung. Terkadang membuat mataku berkaca-kaca. Puisi selalu terdengar merdu meskipun tak disenandungkan bahkan meski tak diiringi oleh musik. Puisi juga menjadi penasehat yang selain bijak juga lembut dan anggun. Meski sesekali ia memang sangat garang. J

Oh ya, puisi Wijhi Tukul dan Gie juga kusuka. Dimana puisi mereka berbicara tentang kehidupan yang banyak menghabiskan waktu di jalan-jalan. Dimana puisi mereka membuka mata yang terlelap. Lawan segala bentuk penindasan.

Puisi adalah cermin. Tempat kita menatap realitas kehidupan di sekitar kita. Puisi pun terkadang memberitahukan akan keberadaan kita di tengah-tengah kehidupan.

Aku suka sembahyang rumputan-nya milik Ahmadun Y Herfanda. Subhanallah, aku tersadar bahwa rerumputan adalah kehidupan yang sangat kecil, tapi siapa yang bisa memusnahkannya? Tak seorangpun dapat melumpuhkannya. Jikalau kita mampu membumihanguskannya, itu hanya pertanda bahwa petaka akan segera datang menyambangi kita. Bayangkan jikalau tidak ada rerumputan sehelaipun di bumi ini. Artinya tanah telah tertutup semua oleh semen dan keramik yang tidak dapat ditembus oleh air. Oh, banjir akan datang. Banjir akan datang. Bersiap-siaplah melayarkan kembali perahu Nabi Nuh.

Di zaman dulu, orang baru bisa disebut hebat jika ia bisa bersyair. Raja-raja selalu meminta para penyair untuk menyampaikan syair tentang kehebatan dirinya. Maka para rakyat jelata mengenal bagaimana raja mereka melalui syair. Imbalan bagi penyair juga sangat besar. Bahkan di zaman kekhalifahan, raja bisa memberinya seribu dinar untuk satu kali bersyair.

Mengapa cerita Laila-Majnun menjadi legenda hingga sekarang? Bisa jadi dikarenakan ke-majnun-an (kegilaan) Majnun dalam bersyair untuk Laila. Bahkan orang-orang sampai menggelarinya Majnun. Nama aslinya adalah Qais. Aku sendiri pun hampir lupa nama aslinya. Paling mudah mengingat Majnun-nya. J

Banyak orang-orang besar yang menjadi penyair. Siapa tak kenal Muhammad Iqbal? Khalil Gibran? Banyak pula orang-orang akhirnya mati gara-gara syairnya.

Saking indahnya bahasa Al Quran, orang-orang banyak yang mengatakan bahwa ia dibuat oleh penyair. Bahkan ada juga yang mempersepsikannya sebagai ucapan tukang tenung karena ia mampu membuat orang yang membaca atau mendengarnya menjadi menangis atau tiba-tiba merasa gembira. Maka dalam Al Quran surat al Haqqoh: 40-43, Allah membantah persepsi orang-orang tersebut mengenai al Quran. Artinya:

(40) Sesungguhnya ia (Al Quran itu) benar-benar wahyu (yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia.

(41) Dan ia (Al Quran) bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.

(42) Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran darinya.

(43) Ia ( Al Quran) adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam.

Ketika berselancar via bloger (dulu sekali), aku menemukan ada satu puisi yang berbicara tentang hujan. Judulnnya Rinai. Puisinya indah sekali. Tapi sangat disayangkan aku tidak tahu siapa penulisnya. Sampai sekarang puisinya kusimpan.

Palembang, 30 Desember 2013

Sabtu, 23 Agustus 2014

NOVEMBER RAIN

NOVEMBER RAIN

Oleh: Rika Januarita Haryati

Bulan november adalah bulan hujan. Hujan sering turun di bulan ini. Langit boleh saja cerah saat ini tapi sebentar lagi juga akan segera mendung. Lalu hujan jatuh. Lalu reda, hujan di tempat lain. Angin membawa awan hitam menjauh.

Langit kadang mendung seperti mau menangis. Dari pagi sampai sore, tapi tidak setitik pun hujan menitik. Terkadang juga langit cerah tiba-tiba mendung dan langsung turun hujan bertubi-tubi. Bagi pengguna kendaraan berupa mobil tidak akan terlalu pusing saat hari hujan. Mereka tetap nyaman-nyaman saja. Lha, kalau bagi orang-orang yang mengendarai motor sepertiku, alamak, harus sering-sering berspekulasi, maju terus atau berteduh dulu saja.

Hujan adalah rahmat Tuhan. Aku selalu berharap demikian. Jadi saat badan basah terguyur hujan, sama saja dengan basah oleh rahmat Tuhan. Lalu mengapa harus sedih, kalau justru berjuta rahmat menghampirimu?

Hujan adalah saat-saat doa memiliki tangga khusus untuk terbang ke langit. Maka saat hujan adalah saat hati kita basah oleh doa-doa yang kita senandungkan dari lubuk hati terdalam. Jadi mengapa harus menangis saat hujan bahkan menembus jas hujanmu?

Hujan adalah peredam panas bumi. Jika tak ada hujan, bayangkanlah, kau tidak perlu menghidupkan api untuk memasak. Kau ceplok saja telur di atas aspal, nanti ia akan matang. Jangankan hanya sebutir telur, bahkan se-hektare hutan pun bisa dibuat matang oleh karena panasnya.

Hujan membuat tanaman yang telah lama dormansi menjadi kembali bersemi. Pohon-pohon kembali merindang meneduhi bumi. Sungai-sungai kembali mengalirkan air.

Tapi malam ini hujan deras sekali. Sementara jalanan dihadapanku bagai danau panjang. Aku tahu, jalanan ini penuh dengan lubang-lubang yang belum sempat diperbaiki. Apalagi lampu motorku tidak terlalu terang. Jadi bolehkan aku menangis karena merasakan badanku mulai dingin ditusuk butiran hujan yang berubah menjadi jarum?

Aku takkan pernah lupa. Bahwa ketika hari telah malam dan hujan aku masih berada di tengah perjalanan. Tidak mungkin berhenti. Aku harus tabah. Apalagi ketika mendapati kenyataan bahwa mobil-mobil menjadi semakin ngebut dan air di jalanan berubah menjadi bagaikan ombak yang menampar wajahku. Oh Tuhan, aku tidak tahan lagi. Air mataku sudah tak mau dibendung lagi. tapi meski mengendarai sambil menangis, hatiku berusaha kuat. Setidaknya aku harus sampai di kost-an adikku. Apapun yang terjadi aku harus bertahan. Tetap berpikir positif. Jangan melamun karena dingin mulai menjemputku dalam ilusi. Oh Tuhanku, tolonglah aku. Sungguh, aku tidak memiliki tempat lain selain-Mu untuk meminta tolong. Jika Kau tidak menolongku, alangkah buruknya nasibku.

Sesampainya di kost adikku, aku langsung mandi dan memakai pakaian dan selimut tebal. Oh Tuhanku, alangkah indahnya malamku hari ini. Terlindung dari tetesan hujan. Tertahan dari sengatan dingin. Bahkan aku bisa memejamkan mata dengan lega tanpa harus peduli apakah lampu di kamar ini terang atau samar. Aku bahkan tak perlu pusing harus memperbesar pupil mata untuk meneliti bagaimana medan yang akan kulewati. Oh Allah, sungguh, indah sekali malam ini.

Di ujung November,

Palembang 30 November 2013

Jumat, 22 Agustus 2014

Kemarin, Ariel Sharon Mati

kemarin, ariel sharon mati
organ-organ dalamnya membusuk
menjadi mayat hidup selama 7 tahun
lumpuh seluruh badan

kemarin, bumi bersuka cita
pun hari ini, kami bersuka cita jua
tukang jagal pengungsi Shabra dan Shatila telah mati
pembantai Qibya dan Jenin berdarah telah mati

hukum dunia tak sudi membersihkan dosanya
biarlah hukum akhirat mengadzabnya secara kekal
biarlah ia mati berkali-kali sebanyak nyawa yang ia cabut

kemarin, ariel sharon mati
tapi kejahatan dunia tak lekas ikut bersamanya
masih akan ada
tapi setidaknya, bumi ini berbahagia tak menghirup helaan napasnya

ya, kemarin, ariel sharon mati.

Palembang, 12 Januari 2014 pk 06.49

Kamis, 21 Agustus 2014

PARADOKS

Oleh: Rika Januarita Haryati


Di bulan ini, hampir setiap hari hujan. Setidaknya gerimis. Setidaknya langit pura-pura mau hujan. Paradoksnya,air PAM di komplek perumahan kami mati karena kekurangan pasokan air. Disatu sisi,kami ngeri jika air meluap dan membajiri rumah-rumah kami. Di sisi yang lain,kami ngeri jika ‘kematian’ PAM berlanjut. Kami bakalan mati gaya. Tidak bisa mandi, mencuci, bersih-bersih. Padahal itu merupakan aktivitas fundamental dalam keseharian kami.


Dulu memang ada sumur, tapi sudah kami tutup semua. Lahan sumur sudah kami sulap menjadi ruang tambahan sehingga rumah bertambah luas. Alasan klasik. Pada akhirnya, tergantunglah kami pada PAM. Paradoksnya,perusahaan air ini juga tergantung kepada hal lainnya. Jika sudah mati, kami tidak bisa apa-apa lagi. Karena deretan ‘tergantung kepada’ ini panjang sekali jika mau kita paparkan. Sungguh bahaya. Solusi kedepan sepertinya sumur adalah hal yang harus tetap dijaga. Meski ada PAM, sumur adalah pemutus mata rantai ketergantungan terhadap PAM.


Kami tinggal di daerah yang orang-orang sebut dengan Bukit. Paradoksnya, jika hujan terus menerus mengguyur Palembang, maka daerah ‘Bukit’ inilah yang harus was-was. Dulu pernah banjir sampai lutut. Banjirnya sampai semingguan. Jadi, kalau ada yang bilang ‘Bukit’kebanjiran, pertama-tama pendengar akan tertawa menikmati paradoksnya. Selanjutnya mereka tertawa lagi untuk menghibur korban kebanjiran. Selanjutnya tertawa sebagai bentuk solidaritas. Haha.


Paradoks dari semuanya, kudengar seseorang yang sedang berdoa menyentuh kalbu: Oh Tuhan, hidupkanlah air ledeng kami. Oh PAM, hiduplah. Please. Jangan buat kami mati gaya.


Palembang yang selalu hujan tapi disebagian tempat terasa kering, 21 Januari 2014 pk 06.54

Rabu, 20 Agustus 2014

NOVEL DAN PENGHAKIMAN

NOVEL DAN PENGHAKIMAN



Oleh: Rika Januarita Haryati



Waktu itu aku sedang asyik membaca novel terakhir dari Leo Tolstoy. Biasa, untuk mengisi kekosongan waktu ketika menunggu jam pelajaranku selanjutnya. Lalu datang temanku yang ternyata penggemar novel Leo Tolstoy. Ia duduk di hadapanku dan bercerita panjang lebar mengenai novel-novelnya yang seabrek. Dua lemari isinya novel-novel terkenal. Gila.



Aku mendengarkan betapa impresifnya dan bergairahnya saat ia menemukan orang lain yang membaca novel padahal bukan orang sastra. Ceritanya berputar-putar sampai jauh dan kemana-mana. Aku tetap sesekali membaca sambil sesekali memberi tanggapan.



Aku teringat saat ia menyinggung tentang mengapa guru-guru bahasa lebih merekomendasikan karya-karya Nh. Dini ketimbang Ahmad Tohari. Padahal, menurutnya Ronggeng Dukuh Paruk itu merupakan karya yang berlatar sejarah ke-Indonesiaan. Baru saja aku membuka mulut untuk menyatakan beberapa kemungkinan penyebab dari pertanyaannya, ia sudah berbicara lagi,sehingga akhirnya aku diam saja.



Akhirnya aku tidak konsen lagi membaca novel. Bersamaan dengan itu, bel pergantian jam berbunyi. Aku segera masuk kelas.



Ketika aku tidak ada di kantor,ternyata banyak kejadian yang tidak kuketahui terkait obrolan yang baru saja berjalan. Temanku yang guru Bahasa tidak suka jika ia disepelekan. Tentu saja ia mendengarkan langsung percakapan kami. Obrolan satu arah sih sebenarnya.



Temanku yang tersinggung tersebut segera bercerita dengan temannya yang juga orang Bahasa. Lalu mereka bersepakat untuk mengintrogasi atau mentabayuni temanku yang pencinta novel.



Singkat cerita, temanku yang pencinta novel meminta maaf atas kekhilafannya. Masalah selesai. Tetapi masalah baru muncul. Apa masalahnya? Saat bertemu denganku, ia tidak senyum seperti biasanya. Bahkan saat bertemu temanku yang orang Bahasa, ia melengos. Aku jadi berpikir, apakah ia pikir aku mengadukannya? Oh my God.



Sebelum ‘memusuhiku’, ia samasekali tidak bertanya kepadaku. Sikapnya seolah menuduhku bahwa aku yangmengadu domba. Oh, alangkah kekanakannya. Padahal haram bagiku untuk melakukannya.



Sempat terpikir untuk meminta maaf kepadanya tapi biarlah waktu yang menjelaskan kepadanya apa yang terjadi sebenarnya. Sungguh, ketika melihatnya rasanya tak sudi untuk meminta maaf. Kecuali kalau ia berani menyuruhku meminta maaf maka aku akan meminta maaf karena telah mendengarkan ceritanya pada waktu itu sehingga memancing emosi orang lain yang juga belum dewasa. Haha.





Aku melihat memang banyak orang-orang yang menjadi hakim atas orang lain. Mereka menjatuhkan vonis tanpa perlu mendengarkan keterangan. Mereka menghukum tanpa bertanya tentang kebenaran yang ada. Tapi yang lebih banyak adalah orang-orang yang tidak mau menjadi hakim atas dirinya sendiri. Tidak berani menyaksikan bahwa dirinya bersalah.



Palembang, 12 Januari 2014 pk.08.28

Selasa, 19 Agustus 2014

AKU HANYA MUSAFIR (PART III)

Oleh:Rika Januarita Haryati



Aku hanyalah musafir. Aku sadar, bahwa apa pun yang terjadi aku tidak bisa terus tinggal menikmati tempat persinggahan. Aku tidak mungkin duduk bersantai lama-lama. Juga tidak mungkin untuk terus-terusan tidur mendekam tanpa peduli bahwa hari-hari telah berlalu.



Memang, ada kalanya badan ini terasa sangat berat untuk bergerak melanjutkan ‘perjalanan suci’. Terpekur kadang hanya terpaku di balik kehangatan dan kenyamanan tempat peristirahatan. Oh, bagaimanalah bisa sampai tujuan jika hawa nafsu ini diperturutan? Dengan langkah gontai mulai berdiri menyambut sinar matahari pagi. Dengan wajah sendu mengucap selamat tinggal kepada tempat persinggahan. Oh hari, jangan tinggalkan aku. Aku mau menyusulmu. Selalu begitu niatku. Meski pada akhirnya kakiku hanya berjalan di dalam mimpi.



Ada kalanya aku akan mengevaluasi segala yang terjadi dalam setiap hari-hariku. Tapi ada saatnya aku lupa melakukannya. Ada kalanya ketika malam tiba, kuresapi kelap kelip bintang yang bertaburan. Mereka itu petunjuk jalan. Mereka juga cantik. Tapi mereka bersembunyi pada siang hari. Ada kalanya ketika siang, kuintip matahari yang cerah namun menggarang. Gagah namun membakar. Rumput-rumput kecil meringkuk layu tak berani meski hanya sekedar menatapnya. Maka, bukankah wajar jikalau raga ini menolak untuk meneruskan perjalanan? Alangkah asyiknya jikalau tetap berada di kerindangan. Ditemani jus dingin dan buah-buahan yang mengandung air yang banyak dan manis.



Oh, apalah daya, ternyata aku hanya musafir. Ada batas waktu dalam perjalanan. Tergambar betapa merugi dan celakanya jikalau aku tak memperbaiki aktivitas dalam perjalananku. Entah berapa keping emas yang nantinya harus kubayarkan ketika kaki ini masih menjejak rumput yang sama. Maka, ayolah wahai diri, terus berjalan. Bergeraklah meski hanya sembunyi-sembunyi.



Aku hanya musafir. Perjalanan ini sangat menyenangkan. Tidak, tak ada yang sudi menaburi jalanan dengan serpihan mawar. Seperti tak ada pula yang sudi mengelu-elukan. Namun, tahukah kau, bahwa orang-orang terdahulu yang berjalan di jalanan ini telah rela menanggung beratnya perjalanan? Mereka memanggul parang besar untuk menciptakan jalan setapak. Mereka menanam pohon-pohon di sisi kanan dan kirinya. Agar ada tempat peristirahatan untuk para musafir di kemudian hari. Agar ada air yang tersimpan di akar-akarnya. Bahkan terkadang diantara mereka masih ada yang sempat menanam bebungaan agar ada lebah yang hinggap. Agar ada madu yang bisa kami nikmati nantinya.



Mereka pastilah para musafir yang baik. Mereka bertebaran di muka bumi namun mereka tidak merusaknya. Mereka memelihara bumi. Mereka percaya bahwa ada hubungan timbal balik antara bumi dengan manusianya. Bahkan mereka rela tetap melarat karena tidak mau mengeruk tambang emas di perut bumi.



Aku hanya musafir. Banyak buku yang harus kubaca. Banyak kisah yang harus kudengar. Banyak kota yang harus kulihat. Banyak pintu yang harus kulewati. Banyak jenis tanah yang harus kupijak. Banyak penelitian yang harus kulakukan. Banyak bahasa yang harus kupelajari. Banyak tanaman yang harus kusentuh. Banyak hal lagi yang sampai saat ini belum kulakukan.



Jujur, sebenarnya aku malu menyebut diri ini sebagai musafir. Aku belum berjalan kemana-mana. Sudah terlalu lama aku singgah. Tapi, sekali lagi pada dasarnya kita semua hanya musafir.



Palembang, 6 Februari 2014 pk 10.17 WIB

Senin, 18 Agustus 2014

AKU HANYA MUSAFIR (PART II)

Oleh: Rika Januarita Haryati



Aku hanya musafir. Berjalan memungut serakan petuah dan nasehat dari orang sekitar bahkan dari alam yang berbisik perlahan. Betapa hebatnya pengajaran mereka. Tentang kehormatan. Lain waktu tentang sepotong kebahagiaan. Juga ada tentang kisah kesederhanaan.



Aku tersentuh akan kesederhanaan.Kesederhanaan yang selalu dapat diterima di mana pun. Kecuali di tempat penuh dengan kepalsuan. Semua orang menyukai kesederhanaan. Tapi mereka malu jika memilih kesederhanaan sebagai jalan hidup. Aneh memang. Mungkin termasuk diriku. Ya, aneh memang. Ketika sudah berkumpul dengan orang-orang besar, maka jika kita tidak mempunyai prestasi kebesaran yang dibanggakan maka yang bisa dibesarkan adalah style dan bualan kita. Keglamoran adalah tanda kebesaran. Entahlah. Agus Salim adalah orang besar. Tidak orang yang meragukannya. Namun ketika ia berada dalam pesta kalangan Barat di Paris, tetap saja ia makan dengan caranya. Saat semua orang makan dengan berbagai macam sendok, garpu, pisau daging, tisu, dan aksesoris lainnya,beliau santai saja makan dengan menggunakan tangan kanannya. Orang-orang melotot melihat keanehannya. Tapi tetap tak ada yang berani merendahkannya. Mereka tetap hormat. Tak bisa kubayangkan kalau aku berada di posisi tersebut. Mungkin aku pun akan berpura-pura sok elit. Orang standing party, mungkin aku juga akan standing party. Tapi aku yakin, pada akhirnya aku sendiri yang tidak akan tenang.



Aku hanya musafir. Tempat pemberhentianku hanyalah sebatang pohon yang kunikmati kerindangannya. Sesekali sambil mendengarkan nyanyian burung-burung yang tinggal di atas sana. Beristirahat dengan membuka sedikit perbekalan dan mereguk seteguk kesegaran. Sungguh meski menyenangkan berada dalam keteduhan, sejatinya kita akan segera meninggalkannya. Secantik apapun pohon tersebut, ia bukanlah tujuan kita. Kita akan melanjutkan perjalanan.



Aku hanya musafir. Perjalananku masih sangat panjang, mungkin. Meski kakiku jemu, kakiku pasti kan terus berjalan. Meski batinku kuyu, aku harus tetap menyeret langkahku ke masa depan.



Aku hanya musafir. Ada kalanya aku harus mengisi perbekalan dimana saja. Ketika habis atau persediaan mulai menipis, aku harus segera memenuhi keranjang perbekalan. Sungguh, terkadang alam ini sangat baik. Ia menyediakan segala macam bekal. Tinggal aku mau pilih yang mana. Perbekalan yang lezat maka perjuangan mendapatkan sangat tidak mudah. Mungkin harus tersuruk-suruk. Bahkan kadang tersungkur. Adalah hal yang lumrah sekalipun harus melompat tinggi untuk dapat menggapainya.



Aku hanya musafir. Aku mulai menemui kelelahan. Mulai terasa dengan jelas betapa dinginnya perjalanan. Namun senyum orang-orang di sekitarku benar-benar menghangatkan. Senyum yang selalu berkata untuk jangan takut menjadi musafir. Aku tak tahu, sampai dimana aku akan sanggup berjalan. Semoga sampai tujuan dengan terhormat.



Mungkin, kau pun juga musafir. Maka,mari saling mendoakan.



Palembang, 27 Januari 2014 pk8.17

Minggu, 17 Agustus 2014

AKU HANYA MUSAFIR (PART 1)

Aku hanya musafir dalam perjalanan yang panjang. Setiap langkah yang terjejak, meninggalkan tahun yang berlalu. Menggores satu tanda bahwa waktu semakin berkurang. Namun senyum tak boleh ikut berkurang. Pun kebahagiaan,tak boleh ikut terbang melayang bersama usia yang semakin menipis.


Aku hanya musafir. Aku sadar, musafir itu akan melalui banyak rintangan dalam setiap perjalanannya. Ada ujian. Harus pandai dalam mengambil keputusan: Kemana kaki melangkah, apa yang dipikirkan, makanan yang diperoleh dan teman seperjalanan.


Bisa jadi, teman kita banyak sekali. Sampai-sampai kita lupa namanya, hanya terkenang wajahnya. Ada teman yang melangkah bersama sejauh 1 mil saja. Ada yang bermil-mil. Ada juga yang bahkan kurang dari beberapa meter saja. Dan mungkin ada yang akan menemani seumur hidup. Banyak. Apalagi karakternya, mungkin sangat lengkap. Bahkan buku-buku psikologi atau humaniora pun belum sempat mencatatnya.


Aku hanya musafir. Inginku, tentu saja sama dengan kebanyakan orang. Mengunjungi tempat-tempat bersejarah, kota-kota indah dan desa-desa yang natural. Menapaki pegunungan, melintasi samudera, atau membelah hutan. Atau berpetualang ke negeri-negeri pusat peradaban.


Aku hanya musafir. Belajar dan mengajar adalah hal yang lumrah, bukan? Mencoba belajar dari banyak pengalaman orang-orang di sekitar. Luar biasanya, mereka tulus memberi pencerahan. Memang, ada saja yang mencari kesempatan dan keuntungan. Tapi biarlah. Bukankah niat masing-masing dari kita akan dicatat? Lalu kita akan diganjar sesuai dengan yang diniatkan.


Aku tetap takjub dengan orang-orang sederhana tapi ia selalu royal dalam memberikan ilmu tentang bagaimana melangkah dengan benar. Jika kita salah, ia tak langsung marah, karena ia sangat mengerti tentang proses. Prasangka baik dan doanya selalu membersamai kita. Jika kau temukan orang yang demikian,jangan pernah kau lepaskan. Jangan pernah kau tinggalkan. Ikat dengan erat. Bagaimana jika ia yang ingin meninggalkan kita? Rasanya jangan ragu-ragu untuk berkata: please, don’t leave me alone.


To be continued


Palembang, 23 Januari 2013 pk.06.24

Sabtu, 16 Agustus 2014

SI PETAI DAN SI JENGKOL

Pernah sesekali aku berpikir tentang sesuatu yang acak saja. Pikiran mengalir. Hati bertanya tanya. Ah, hal sepele memang. Semisal, mengapa aku tidak tertarik untuk makan pizza atau spagetti. Mengapa sih aku tidak mau minuman bersoda.


Jawabannya mudah saja. Tidak selera. Di desaku, mana ada makanan seperti itu. Mungkin lidah orang desa yang konservatif. Jadi harus yang sudah biasa dimakan dari kecil. Tapi eh tapi,meski itu si petai dan sejolinya si jengkol adalah makanan terkhas dari desa, aku juga tidak suka. Kecuali untuk kasus darurat.


Termasuk kasus darurat adalah ketika kita menjadi tamu dan menginap, lalu hanya ada sambal tempe bertabur petai atau rendang jengkol. Atau kasus kedua adalah aku mendapat kiriman rantang dari tetangga. Isinya bihun goreng dengan suwiran daging, tempe dan petai.


Pernah suatu kali,tanteku masak rendang. Tapi bentuknya sudah berbeda. Tak ada lagi si jengkol yang kukenal. Ternyata, onde mande, jengkol itu kalau direndang, rasanya jadi enak sekali. Lidahku saja berhasil ia tipu. Penyamarannya benarbenar sempurna.


Aku pikir-pikir, toh petai dan jengkol itu alami dan natural. Jika dibandingkan dengan makanan-makanan cepat saji yang marak menguasai gaya hidup kita, petai dan jengkol jauh lebih bergizi ketimbang sfc, cfc, gtc, mumkin donut, spaketti, pizzang hurt, dll.


Asli, produk makanan instant dan cepat saji plus junkfood banyak sekali di sekitar kita. Meski mahal tapi laris manis.

Kabar baiknya, ekonomi kita sedang berkembang pesat. Rekrutmen kerja untuk operasional yang berarti membuka lapangan kerja.


Kabar buruknya, terlalu sering mengonsumsi fastfood secara kontinu akan menyebabkan maraknya penyakit yang berkaitan dengan organ sistem pencernaan.


Keburukan selanjutnya, makanan dengan zat sintetis di atas dapat mencetuskan kanker. awalnya sih kantong kering dahulu, 5 atau 10 tahun kemudian baru sel kankernya berkembang.


But, well, meski sudah banyak peringatan, contoh akibatnya, toh tetap saja kita serbu tempat kediaman si fastfood tadi. Maklum, jaga gengsi and status sosial dunk.


Aku membayangkan nanti ada restoran menu petai dan jengkol. Racikan bumbunya membuat aroma khasnya menghilang. Lalu orang-orang mengantri untuk makan di sana. Sepertinya, akan lebih banyak faedahnya ketimbang mudharatnya. Karena sebenarnya kandungan didalam petai dan jengkol ada senyawa rahasia yang menyebabkan orang merasa bahagia ketika makan. Cocok sekali untuk orang-orang yang tidak hobi makan, tapi ngemilnya luar biasa.


Begitulah, jengkol dan petai terlihat tidak menarik dan kampungan. Tapi ia natural dan memiliki faedah bagi tubuh kita.


Saat tak tahu ingin menulis apa,
12 April 2014 pk 08.04

Jumat, 15 Agustus 2014

KAYYISA

Kayyisa


I really love you, Kayyisa..


Ketika kutemukan matamu
Kutemukan sinar hidupku


Saat kudengar suaramu
Terusirlah segala sepiku


Kayyisa,
I love you much dear..


Semoga Allah selalu menjagamu
Dengan penjagaan terbaik


Semoga Allah meneguhkanmu
untuk menjadi hafizhoh..


Oh rinduku, titip salam ya
Sungguh, i miss my dearest love..


Kayyisa Azzaliya


Palembang, Ahad, 20 April 2014 pk 16.00

Kamis, 14 Agustus 2014

MAHASISWA ABADI

Mahasiswa Abadi (PartI)


Oleh: Rika JanuaritaHaryati


Mungkin ada yang senyum-senyum sendiri membaca judul di atas. Judul yang disematkan untuk mahasiswa yang menamatkan studinya dalam rentang waktu lebih dari 10 semester. Well, pada tahun-tahun reformasi, hal tersebut adalah hal yang lumrah. Biasa saja.


Banyak mahasiswa yang berlama-lama studi di universitas, terutama kalangan aktivis. Alasannya,tentu saja berhubungan dengan pengkaderan organisasi kemahasiswaan. Atau adajuga sih yang mengaku bahwa sengaja menjadi mahasiswa abadi karena mendapat fasilitas yang menguntungkan atas status tersebut, misalnya beasiswa.


Selain itu, ada alasan lain juga, opurtunitis sih memang, misalnya membangun jaringan dengan pejabat pemerintahan. Kalau berstatus sebagai mahasiswa kemungkinan besar selalu dapat memotong jalur protokoler yang ribet dan panjang. Lah kalau misal si pejabat tidak mau menemui, tinggal di demo saja, beres kan?


Alasan lain adalahkarena studinya itu sendiri. Misalnya masa penelitian yang panjang. Ada temankuyang mengambil penelitian mikrobiologi. Bakteri atau jamur yang ia tanam tidaktumbuh dengan baik. Maka ia mengulang kembali prosedur dari awal sambil nangisbombay, karena kalau sampai menangis betulan, dia bakal diminta menutup pintulaboratorium dari luar.


Ada juga yang tidakpunya alasan mengapa bisa menghabiskan waktu yang cukup lama. Ternyata ia lupa kalau belum membuat skripsi karena terlalu keasyikan berbisnis. Apalagi bisnisnya sama sekali tidak membutuhkan gelar, hanya membutuhkan skill yang sekarang sudah dimiliki serta pengalaman, yang sekarang sedang ia eksplorasi.


Aduh, kalau mau kita list, akan lebih banyak dan ramai lagi alasan yang lain.


Nanti kita lanjutkan kembali, insya Allah.
At home, 24 April 2014 pk 04.00

Rabu, 13 Agustus 2014

RANGKAI CERITA SEDERHANA

Oleh: Rika Januarita Haryati


Cerita 1


Hari itu aku membagikan kertas hasil ujian anak kelas XII IPA. Tiba-tiba seorang muridku berdiri sambil membawa kertas ujiannya. Ibu, nilainya salah, katanya. Aku segera memeriksa kembali hasil penilaianku. Aku tidak mendapatkan hal yang salah dengan penilaiannya.

Aku:”Apanya yang salah, Nurul?”

Muridku:“Ibu, jawabanku yang nomor sepuluh ini salah, tapi Ibu benarkan. Jadi seharusnya nilaiku bukan 88 tapi 86.”

Aku tertawa dalam hati. aku tersenyum kepadanya.Oh, my sweetheart, you’re so sweet.

Aku:“Oh, that’s okay. That isn’t a problem.Please, sit down.” Ia segera duduk kembali.


cerita diatas sangat sederhana. Hanya cerita seorang anak yang merasa tidak berhak atas kelebihan nilai yang didapatkannya. Cuma dua poin memang. Tapi kucatat baik-baik peristiwa itu dalam hatiku. Mungkin hal-hal inilah yang membuatku jatuh hati untuk tetap mengajar disini. Sungguh beruntung aku berjodoh dengan anak-anak yang masih memiliki kejujuran. Sungguh, negeri ini bolehlah tersenyum. Wajah negeri ini bolehlah cerah merona ke depannya. Insya Allah.


Kejujuran adalah emas.Tidak semua orang memilikinya. Hanya hati yang kaya saja yang bisa menyimpan emas itu di dalamnya. Bayangkan, padahal anak-anak yang lain dengan segala daya upaya untuk mencari contekan agar dapat lulus dan mendapat predikat kompeten.Ia memilih berbeda. Berbeda berarti menanggung resiko. Akan ada anggapan yang macam-macam, seperti tidak setia kawan lah,sok pintar lah bahkan sok alim lah. Bagiku, anak-anak yang jujur adalah harta karun bangsa ini. Mereka generasi spesial. Harus kita jaga. Jika tidak kita jaga, maka ia akan hilang.


Cerita 2


Saat itu aku berdiri didekat pinta kantor. Tiba-tiba seorang anak memberikan sebuah bungkusan kado kepadaku.Keningku berkerut. Well, today isn’t my birthday. “Untuk siapa?,” kataku. Jawabannya justru membuat keningku tambah berkerut. Untuk Ibu lah, katanya. Aku berpikir ulang, dan benar waktu itu bahkan bukan bulan Januari.

Me : Ibu? Ibu siapa?

Mystudent : Ibu Rika dong.
Me : Dari siapa ini?

Mystudent : Dari Ibu.

Me : Haa, Ibu siapa?

Mystudent : Dari Ibuku.
Me : Oh thanks. Btw, who’s ur mother’s name?

Mystudent: : Rahasia (sambil tersenyum sumringah)

Me : Hei, just tell me. Oh, baiklah. Nanti Ibu lihat di data kelas saja.

Mystudent : Emang ada, Bu?


Aku mengangguk.Akhirnya muridku itu permisi meninggalkan aku yang agak kebingungan. Oh,mungkin saja ibunya kenal denganku. Aku segera memeriksa identitas muridku untuk mengetahui nama kedua orang tuanya. Hmm ,ternyata aku sama sekali tidak mengenali kedua orang tuanya, terutama ibunya. Tapi jujur saja, ibu muridku ini sangat keren menurutku. Nanti kalau aku punya anak, aku juga akan memberi kado untuk wali kelas anakku. Tentu saja tidak semuanya. Bukan, bukan untuk menyuap. Tapi hadiah yang meski tidak seberapa,jika yang memberikannya adalah wali murid, alangkah berbahagianya guru yang mendapatkannya. Seolah mendapat penghargaan. Guru seolah tersadar bahwa kedudukannya sangat berpengaruh signifikan terhadap pendidikan anak-anaknya.


Dari hal di atas, aku mengambil kesimpulan bahwa, anak muridku ini menceritakan pengalaman belajarnya di sekolah. Sehingga ibunya menjadi mengenal siapa saja yang mendidik anaknya di sekolah sana. Hal tersebut mengingatkanku ketika aku masih kecil, masih SD. Aku dengan lugas bercerita kepada Papa, bermain apa saja, belajar apa saja, bagaimana guru-gurunya. Kuceritakan juga saat aku bertengkar dengan Guntur,saat aku ke kantin sekolah dengan Intan, dsb.


(Guntur dan Intan adalah teman akrabku di SD. Aku sekelas dengan Guntur selama 8 tahun, sampai SMP. Sementara Intan melanjutkan ke sekolah yang berbeda. Sekarang aku sama sekali tidak tahu dimana keberadaan mereka. Semoga selalu baik.)


Cerita 3


UN adalah momok bagi semua guru yang akan mengawas saat ujian. Bagaimana tidak, para guru akan mengawasi siswa-siswa yang tidak pernah diajarnya. Bukan, bukan itu masalahnya. Mengawas menjadi momen yang tidak mengasyikan jika muridnya ribut sementara kita tidak punya hak untuk mengeluarkan mereka dari ruang ujian. Aku sampai harus memasang wajah cemberut dan super masam saat kulihat gelagat mencurigakan dari siswa-siswa yang berusaha mencontek. Banyak sekali trik mereka ternyata. Dalam hati aku berkata, jikalau siswa ini adalah siswa-siswaku, maka mudah saja bagiku untuk mengeluarkannya dari ruangan. Sementara menjadi pengawas UN, kita ini hanya tamu. Pokoknya selama gerak-gerik mereka tidak tertangkap mataku, kumaafkan saja. Lucunya, ada siswa yang terang-terangan menanyakan jawaban dengan teman di belakangnya. Langsung saja kutegur.


Asli UN ini membuat stress. Bukan hanya siswa yang stress tapi guru juga. Kepala sekolah, diknas, menteri, semua stress. Akankah kestresan ini kita lanjutkan?


UN ini menjadi seperti proyek untuk mengeruk dana APBN. Apalagi dengan adanya Tim Independen UN (TIUN). Lah, selama ujian sebagian mereka tidak mengawasi prosesi ujian. Pas diakhir-akhir jam UN, baru mereka memunculkan batang hidungnya untuk menandatangani ini dan itu. Bayangkan saja kalau satu sekolah TIUN-nya ada 3 orang. Bayaran mereka itu besar sekali lho. Jaman aku mahasiswa dulu, tempat yang dekat dengan kampus saja 100ribu perhari. Kalikan dengan jumlah sekolah di Indonesia. Kalau tempatnya jauh, maka bayarannya bisa berkali-kali lipat untuk transport. Wow sekali kan uang Negara yang kita hamburkan untuk UN ini? Padahal dampak positif UN ini belum dirasakan oleh murid-murid di sekolah. Kalau bikin stress, iya.


Tapi, diantara sejuta ummat yang sedang mengerjakan UN-nya, kulihat seorang siswi berjilbab rapi. Ia tidak kasak-kusuk seperti yang lain. Khusyuk mengerjakan sendiri. Tiba-tiba saja aku berdoa dalam hati: Ya Allah, tolonglah siswa-siswi yang mengerjakan ujiannya dengan jujur. Limpahkan keberkahan atas apa yang dikerjakannya. Aamiin.


Cerita 4


Ketika pembagian rapor,siswaku berdiri untuk menyalamiku. Dimulai dari ketua kelasnya. Ketika siswaku telah dekat, tinggal selangkah lagi, aku buru-buru menyedekapkan tangan ke dada, seperti budaya orang India ketika saling memberi salam. Sambil tersenyum aku berkata: “Maaf ya murid-murid, Ibu tidak bersalaman dengan murid laki-laki”. Dan subhanallah, semua murid laki-lakiku turut menyedekapkan tangan ke dada.


Aku tahu, didalam jabat tangan itu ada doa yang mereka pinta. Aku pun tahu, di jabat tangan itu adakata-kata maaf terdalam. Aku pun tahu, di jabat tangan itu mungkin tersimpan kenangan terakhir karena setelah hari ini kita tidak akan bertemu. Dan aku tidak menyambutnya. Oh, maafkan Ibu ya anak-anakku sayang.


Semoga Allah selalu mengampuniku jikalau ada yang salah dalam proses belajar mengajar. Semoga Allah memaafkan kelalaianku dalam mendidik murid-muridku. Semoga Allah selalu memberiku taufik dan hidayahnya agar ilmu yang telah dikaruniakan-Nya kepadaku dapat bermanfaat secara signifikan. Aamiin.


UNSRI Indralaya, 25April 2014 pk.15.48


Selasa, 12 Agustus 2014

HARGA

Oleh :Rika Januarita Haryati

Seorang temanku pernah bertanya, "kenapa ya pengen hidup lurus aja susah banget? Sedang kalau hidup di jalan yang sesat, kita bakal dimusuhin orang. Parahnya, bakal dikucilkan oleh teman-teman. Paling super duper parah, ya temannya cuma orang-orang sesat juga". Ia menutup komplainnya dengan cemberut, kepadaku. Ya, nasib. Jadi seolah-olah ia sedang 'marah-marah' kepadaku.

"Oh, my dear...", kataku kemudian. Panggilan demikian tentu saja akan meredam panas hatinya sekaligus akan membuat yang memanggil terlihat anggun, sabar, dewasa dan bijaksana. (halah..:))

"Apanya yang susah?", lanjutku kemudian. "Mungkin dengan susah-susah itu kita akan lebih menghargainya."

"Pernahkah Kau mengambil air dari sungai untuk diangkut pulang ke rumah? Aku yakin kau akan lebih menghargainya meski hanya seember dua ember. Kau akan menggunakannya dengan efektif. Tidak membuang-buangnya dengan sia-sia. Tapi coba Kau bandingkan saat di rumahmu telah tersedia ledeng. Air dapat mengalir deras dari keran. Tentu saja kita dapat menjadi boros dalam menggunakannya, tanpa perhitungan dan suka-suka saja. Mungkin kita tak akan merasa sayang pada air tersebut. Ibaratnya, jika Kau mandi dengan air yang Kau ambil dari sungai, dua ember saja sudah merasa cukup dan bersih. Bandingkan dengan saat mandi dengan air memenuhi bak yang mengalir dari keran. Satu bak habispun mungkin kau tak merasa sayang, merasa tidak apa-apa. Bukan begitu, my dear?

Ya, semua orang tahu bahwa setiap kesusahan akan melahirkan penghargaan yang tinggi. Mengapa nama Bukhari begitu terkenal hingga ke penjuru dunia? Karena ia adalah seorang pakar hadits. Bukan, bukan itu. Selain beliau, masih banyak pakar hadits lainnya. Ya karena dedikasinya terhadap keilmiahan hadits tersebut. Bersusah payah menemui para perawi hadits yang didengar dan dihafalnya. Menyeleksi keshahihan hadits. Bolak-balik dalam perjalanan meneliti hadits. Maka wajar jika generasi selanjutnya menyematkan namanya dengan tinta emas sejarah.Masya Allah.

Masih banyak sekali nama-nama keren lainnya yang akhirnya menjadi rujukan dalam tafsir Alquran ataupun hadits. Maka selanjutnya banyak bermunculan ulama-ulama yang mumpuni di berbagai lini kehidupan.

Segala hal di dunia ini ada harganya. Tinggal tingi atau rendah. Ataupun mahal atau murah.

"Bukan begitu, my dear"

Temanku memandang lama ke arahku sambil terdiam. Aku mengira dia akan bilang, "Teteh, matur nuhun..." atau justru komplain yang lain lagi. Eh, ternyata ia malah mencubit pipiku.

"Hei, selama aku dewasa, tidak pernah ada yang mencubit-cubit pipiku, kamu berani sekali", kataku sambil tersenyum dan ingin balas mencubitnya.

Palembang, 29 April 2014

Senin, 11 Agustus 2014

PEMIMPIN, POHON DAN KAKEK TUA

Oleh: Rika Januarita Haryati

Ada seorang pemimpin sebuah negara di Timur matahari. Pemimpin ini berbeda dengan pemimpin kebanyakan. Ia suka berjalan-jalan sendirian. Ke pasar, ke kedai kopi, ke sawah, ke ladang bahkan ke dusun-dusun. Ia pergi sendiri. Merakyat jelata. Seperti musafir. Tak ada masyarakat yang mengetahui identitas aslinya.

Ia berjalan seperti biasa ke suatu dusun. Di sana ia bertemu dengan ibu-ibu yang cerewet sekali. Bicaranya sangat kasar. Wajahnya sangar. Kalau ia bicara, orang mengira ia sedang kesurupan, saking menggelegar suaranya. Maka, tak ada yang berani menegurnya. Menegur sama saja dengan mencari bala. Musibah.

Celakanya, pemimpin yang tak tahu apa-apa ini menegurnya dengan suara yang sangat lembut sambil tersenyum. Orang-orang yang menyaksikan kejadian itu sudah mulai tegang. Karena pasti suara perempuan ini akan menggelegar seperti orang yang kesurupan.

Tapi anehnya, perempuan itu justru membalas teguran sang pemimpin yang menyamar tersebut dengan suara yang lembut dan juga sambil tersenyum.

Ramailah bisik-bisik penduduk menyebarkan kabar bahwa perempuan yang kesurupan itu telah sembuh.

Penduduk merubung di sekitar pemimpin sambil bergantian menceritakan penyakit perempuan yang ditegurnya. Mereka bergantian memujim pemimpin yang telah berhasil menyembuhkannya.

Pemimpin yang menyamar ini mengangguk lalu menjelaskan: "Aku datang kemari tanpa membawa prasangka buruk tentang perempuan itu. Dan taukah kalian, aku sangat suka jika orang lain bicara lemah lembut kepadaku dan aku juga menyukai orang yang tersenyum padaku. Maka aku selalu mencoba memperlakukan orang lain seperti. Mungkin selama ini perempuan hanya belajar dari bagaimana orang-orang memperlakukannya".

Sang pemimpin melanjutkan perjalanan yang ia sebut sebagai rihlah.

Pemimpin ini takjub melihat seorang kakek yang telah renta masih mencangkuli tanah lalu menanam sebuah pohon yang masih kecil..

Sang pemimpin mendekati kakek tua lalu bertanya: "Aduhai kakek, apakah yang kau harapkan dari pohon yang masih kecil ini? Mengapa kau bersibuk menghabiskan waktu untuk hal-hal yang mungkin tidak akan kau nikmati hasilnya?"

Kakek tua memperhatikan sang pemimpin sejenak lalu menjawab, " Mungkin aku tak akan sempat untuk menikmati hasilnya, tapi,cucu-cucuku yang akan menikmatinya. Kau tahu anak muda, hasil pohon yang kita nikmati hari ini adalah hasil dari pohon-pohon yang ditanam oleh kakek-kakek kita? Jika mereka berpikir bahwa percuma saja menanam pohon, maka hari ini kita belum bisa menikmati lezat dan manisnya hasil pohon dan buah-buahan."

Sang pemimpin tertegun. Hari ini Ia mendapat satu pelajaran. Seperti janjinya, yang Ia ikrarkan dalam hati bahwa Ia akan membayar seribu dinar bagi seseorang yang mampu memberinya pengajaran atau pencerahan.

Sang pemimpin mengeluarkan kantung uang yang Ia simpan dibalik bajunya. Ia berkata dengan hormat, " Kakek, terimalah seribu dinar ini, karna kau telah mengajariku satu kaidah hidup yang penting". Sang kakek pun terkekeh, " Lihatlah pohonku telah berbuah dengan sangat cepat, bahkan belum lagi kusiram, kupupuk. Subhanallah."

Sang pemimpin tersenyum. Lalu ia memberikan seribu dinar lagi karena kecerdasannya dan karena ia mendapat satu pengajaran lagi. Bahwa perbuatan baik apapun pasti akan mendapat balasan dari Allah. Maka jangan pernah ragu untuk melakukan kebaikan meskipun kecil dan sederhana.

Palembang, 19 Mei 2014

Minggu, 10 Agustus 2014

MANUSIA YANG SELALU DIUJI

Alangkah berbahagianya kehidupan para 'ulama. Semakin banyak ilmu, semakin rasa takutnya kepada Allah. Semakin berkobar cintanya. Semakin tinggi harapnya pada Allah. Semakin banyak ilmu, semakin rendah hati.

Mereka mengganggap ujian demi ujian adalah jalan yg harus dilalui oleh para kekasih Allah.

Imam Ahmad menjalani hukuman penjara dengan rela dan sabar demi menyelamatkan aqidah umat manusia bhwa Al Quran bukanlah makhluk, ia adalah kalam Allah.

Imam Bukhari rela berjalan menyusuri padang tandus demi mengecek keabsahan sepenggal hadits yg didengarnya. Begitu seterusnya. Tetap sabar meski sangat memayahkan. Dan tentu saja, tak semua hadits berderajat shahih. Setelah jauh2 berkelana, ternyata ia dapati perawi hadits yang pelupa atau berbohong kepada hewan, maka hadits yg ditelitinya akan turun derajatnya.

Tapi, karena lelah itulah Allah mengabadikan nama mereka.

Semakin berilmu seseorang, semakin besar ujian baginya. Seharusnya semakin bersabarlah ia karena sejatinya jalan para nabi sekalipun penuh dengan ujian.

Mereka dibunuh oleh kaum yg dicintainya, ditinggalkan anak istrinya. Dikatakan gila, penyihir,kurang kerjaan, aneh, bodoh, bahkan dilempar dengan kotoran, diludahi setiap melintas disuatu jalan.

Barokallah, bersama ujian ada kabar gembira bagi orang2 yg sabar...

Sabtu, 09 Agustus 2014

KAMU

Oleh: Rika Januarita Haryati

Kamu ini adalah teman yang menemani setiap waktu.

Kamu tak pernah bosan menceritakan kisah-kisah seru

Kamu berjanji akan menjadi sahabat karib hingga maut memisahkan jiwa dari raga


Sahabatku, semoga nanti Engkau datang mencariku

Di hari ketika manusia menyesali dirinya dgn bertubi-tubi.


Jika akhlaqku masih buruk,

jangan marah ya,

tetap setialah memanggilku agar aku terus akrab denganmu..


Jika aku berniat meninggalkanmu maka jangan relakan,

jangan pernah biarkan.

Bisikkanlah kata manikam yg membuat hatiku gembira,

menghilangkan kesedihan dan ketakutan

Jika perlu, tak mengapa kau ingatkan aku sampai menangis

Teruslah di dekatku,

memenuhi otak dan pikirku dengan keindahanmu


Saat bulan Rajab purna bercahaya,
14 Mei 2014

Jumat, 08 Agustus 2014

INVESTASI ILMU

Seorang ulama, Al Hafizh Abul A'la al Hamdani menjual rumahnya utk membeli beberapa kitab seharga 60 dinar.

Pada zaman Rasulullah, 1 dinar dpt membeli 1 kambing.

di zaman kini, setelah 1400 th dr zaman kenabian, harga 1 dinar tetap bisa utk membeli 1 kambing.

Subhanallah...
Wajar kalau ulama2 kita pada miskin harta tapi sangat kaya ilmu.

Investasi mereka terhadap ilmu tidak main2. Selain harga, tentu mereka butuh waktu yg tdk sedikit utk mengkajinya.

Nah generasi kita sekaranglah yg menikmatinya semua ilmu2 tersebut.

Mau baca hadits, tinggal buka kitab Shahih Bukhari.Mau tahu tentang Fiqih,Sejarah, Biografi, bahkan sampai di bidang kedokteran, kita punya ulama yg pernah menuangkan ilmu2 pada lembaran buku.

Kita, tinggal baca dan diskusi. Itupun terkadang masih banyak yg malas atau merasa tak punya waktu.

Ah, aku hanya bercermin. Sejatinya, aku sedang mengomeli yg berada dlm cermin..

Kamis, 07 Agustus 2014

IT'S RAINNING

Oleh; Rika Januarita Haryati


It's rainning

Ini adalah hujan
Yang mengantar basah pada kuncup bebungaan

Ini adalah hujan
Yang mengantar rindu dari langit

Ini adalah hujan
Yang menghiburmu dgn berjuta melodi

It's rainning..

Semoga kau hantarkan pula salam ke negeri-negeri nun jauh disana..

Sambutlah bila mana aku datang.

Bi idznillah, aku kan bertandang.


Palembang, 17 April 2014

Rabu, 06 Agustus 2014

OH, MY NAME

Oh, My Name

Oleh: Rika Januarita Haryati

Namaku sebenarnya simple. Memang panjang. Tapi tidak susah dituliskan dan juga tidak rumit dilafalkan.

Namaku memang sekilas seperti nama dalam bahasa Jawa. Wajar. Rumahku di Tugumulyo Kabupaten Ogan Komering Ilir diapit oleh oleh orang-orang Jawa. Ajaibnya, aku bisa berbahasa Jawa. Meski cuma bahasa pergaulan, bukan kromo inggil. Bahkan logatnya juga bisa. Jadi, aku sangat maklum jika orang-orang yang mengenalku mengira bahwa aku gadis Jawa. Padahal, aku tidak punya garis darah Jawa.

Kembali ke namaku. Meski namaku sederhana, banyak orang yang salah dalam menuliskannya. Misalnya:
~Rika Januarika H
~Rika Januarti H
~Rita Januarita H
~Rika Janwarita H
~Rika Januarta Hariyati (KTP)
~Rika Januarita H. Aryati
~Rika Januarita Hariyati (Rek)
~Rika Januarti Haryati
~Dll, masih banyak inovasi yang lain

Terbayangkan capeknya untuk membetulkan namaku agar sesuai dengan akte kelahiran. Maka biasanya biar mudah, kalau yang tidak perlu nama lengkap, aku hanya menuliskan Rika JH saja. Biar singkat. JH (Jeha) adalah panggilan kesayangan teman-teman di kampus.

Ada yang bertanya:"Ayuk, nama sepanjang itu apa artinya sih?"

Untuk zaman sekarang, namaku tidak terlalu panjang. Tapi di zamanku waktu kecil, namaku paling panjang satu kampung. Yang bisa menandinginya hanya nama saudara-saudaraku.

Baiklah, aku terangkan artinya. Ini nama keren sekali , hanya orangnya saja yang belum keren. Masih kurang unsur N. Jadi sampai sekarang masih kere.

Here we go. Kata Rika ini sangat terkenal sekali. Banyak negara terinspirasi oleh kata ini, Amerika Serikat, Kosta Rika, Puerto Riko (ketiga negara ini berada di benua Amerika) dan Afrika. Bahkan dua dari lima benua di dunia menggunakan kata ini yaitu benua Amerika dan Afrika.

Rika (Denmark) berarti abadi, sendiri, penguasa. Dalam bahasa Swedia berarti penguasa, pemimpin agung. Menurut bahasa kita tercinta, Indonesia, berarti: perasaan pada keadilan, damai, sejahtera. Maka dalam kata Jerman, Roderica berarti raja yang masyhur. Sarika dalam kata Hungaria berarti putri raja. Oh ya, di Jepang, Rika berarti berkah yang berharga.

Kata Januarita diambil dari nama bulan pertama dalam kalender Masehi karena aku terlahir di bulan tersebut. Mungkin agar orang-orang mudah menebak bulan kelahiranku. Jadi kalau orang baru berkenalan denganku, refleks mereka akan bilang: "pasti lahir di bulan Desember kan?"

Haryati. Nah ini nama Jawa. Berasal dari kata aryo/arya atau haryo/harya yang berarti berhati mulia atau yang mulia. Banyak digunakan untuk nama gelar raja keraton atau bangsawan Jawa. Misalnya Kanjeng Gusti Pangeran Haryo atau Gusti Raden Mas Haryo atau Kanjeng Raden Haryo Tumenggung, dll. Masih ingat kan nama Aryo Kamandanu atau Aryo Dwipangga yang terkenal dalam kisah kerajaan Singosari?

Nah, akhirnya marilah kita simpulkan agar tiada lagi kesalahan demi kesalahan berulang-ulang. Agar tiada menjadi nila setitik rusak susu sebelanga. Mulai lebay.

Seorang perempuan, pemimpin agung yang lahir di bulan Januari, berhati mulia, mendalam perasaannya pada keadilan, kedamaian, kesejahteraan, semoga dapat menjadi berkah yang berharga dan abadi.

Aamiin

Terima kasih Papa-Bundaku sayang atas nama yang indah nan cindo nian ini.

Terima kasih sudah membaca.

Tugumulyo OKI, July 7,2014
9 Ramadhan 1435 H

Selasa, 05 Agustus 2014

Jika Kemarin, Mengapa Sekarang?

Oleh: Rika Januarita Haryati


Jika kemarin kau hamburkan semerbak kemuning,
Mengapa hari ini kau hindari?

Jika kemarin kau kirim sekeranjang mawar,
Mengapa hari ini bahkan tiada ucapmu sepatahpun?

Jika kemarin kau mekarkan hatiku,
Mengapa sekarang kau biarkan merana?

Jika kemarin kau sebut-sebut namaku dengan merdu,
Mengapa kini tak terdengar suaramu?

Jika kemarin begitu,
Mengapa sekarang jadi begini?

Aduhai, haruskah kucabut mawar yang merona di taman?

Duhai, haruskah kugilas semua semangat yang menyala?

Awan, apakah kau percaya bahwa masih ada air yg kan kau bawa?

Sungguh, aku ingin terus percaya dan setia
Sebagaimana kau percaya dan terus setia.

Sungguh, hatiku telah berpasrah dan menyerah kepadaMu, duhai Rabbi..

Tugumulyo OKI, July 4, 2014

Senin, 04 Agustus 2014

RINDU

Rindu

Rindu rumah mungil bertaman hutan

Rindu sosok yang menanam pepohonan

Rindu memetik sayuran segar dan sehat

Rindu memanen pepaya, mangga, duku, pisang dan jambu

Rindu menyirami bunga-bunga bersama shalawat

Rindu wajah sepuh itu
wajah yg menggurat beban kehidupan
Bahkan, aku belum membahagiakannya.

Maaf.
Maaf.
Maaf.

Rindu
Pulang

Palembang, June 20,2014


@rikajanuarita2


Minggu, 03 Agustus 2014

Merdeka Jiwa

Berjalan sudah jauh sekali. Berputar dan berkeliling. Tiba-tiba harus berhenti. Mengulang ke start di tempat yang lain.

Istirahat sejenak. Sambil mencermati langit. Bintang memang banyak bertabur. Tapi tak berani menunjuknya meski satu saja.

Bertahan menjadi sebuah kemestian. Atau lanjutkan lagi perjalanan ini ke tempat yang jauh di sana?

Senyum ini mulai masam. Tapi ketika terbayang wajah cantik para gadisku, Nadya, Kayyisa dan Nurin, senyum ikhlas kembali merekah.

Ya, selain pengalaman, hidup juga mengajarkan penerimaan.

Kholasho-ikhlash. Membebaskan, melepaskan. Memerdekakan.


Palembang, 20 Juni 2014


@rikajanuarita2

Sabtu, 02 Agustus 2014

C.I.N.T.A

Cinta. Bagi sebagian orang, itu adalah kata yang sakral. Tak boleh sembarang bilang: aku cinta kamu.

Ada juga orang yang biasa saja dengan kata itu. Ya namanya juga ekspresi. Boleh dong tiap hari bilang: aku cinta kamu.


Well, bukan itu masalahnya, Cinta. Di setiap pelafalan maupun pengejaan lima huruf tersebut mempunyai konsekuensi. Oh ya?


Apa konsekuensinya? Ketika kau bilang: cinta, pada siapapun itu maka bersiaplah untuk bertanggung jawab, menerima konsekuensinya.

Siapkah kau menghormati orang yang kau cinta? Siapkah memuliakannya, menjaganya, menggandeng tangannya menuju jalan kebenaran? Siapkah untuk berbeda pendapat? Siapkah sakit hati dan kecewa dengan kekurangannya?


Hati siapa sih yang tidak mekar dan berbunga-bunga mendapatkan salam cinta dari seseorang yang diam-diam juga ia cinta? Tapi di sinilah kerumitannya. Saat cinta keduanya sulit menyatu. Saat jarak tiba-tiba menghempas. Tercipta jurang yang dalam dan curam.


Alangkah sedihnya ketika kita menjadi saksi keduanya memendam cinta tanpa pernah sempat terkatakan. Hanya tersembunyi di palung hati. Berharap pada akhirnya akan tenggelam dan hilang bersama purnama demi purnama.


Tugumulyo OKI, july 5,2014


@rikajanuarita2

Jumat, 01 Agustus 2014

Berangkat dari Mana?

"Mengapa kamu ambil sastra arab?" tanyaku pada seorang teman.
"Kata Imam Syafi'i, jawabnya, kesungguhan beragama seorang non arab itu dapat dilihat dr kesungguhannya mempelajari bahasa arab".

Rasanya ingin sekali menyela. Banyak kok di luar sana muslim dan muslimah yang dapat beragama dengan sangat baik meski mereka tidak bisa berbahasa arab. Lagian zaman sekarang banyak kok buku-buku terjemahan. Tapi, itukan pendapat Imam Syafi'i bukan pendapat pribadinya. Waduh.

Akhirnya aku bertanya lagi:" Terus, mengapa kamu ambil konsentrasi jurusan Timur Tengah?"

Dengan santai Ia menjawab:" Kan kita mau menyelamatkan Palestina. Nak nyelamatke Palestin kito nih."

Jleb! Aku tak bisa berkata-kata lagi. Tetiba teringat bahwa Imam Syafi'i itu hijrah ke dusun yang bahasa arabnya fasih dan masih murni untuk belajar bahasa arab. Padahal Beliau lahir di Ghozza lalu hijrah ke Mekkah. Tapi Beliau tetap mempelajari bahasa arab. Ternyata salah satu syarat menjadi ahli fiqih adalah paham bahasa arab beserta kaidahnya.

Ya, bahasa arab memang penting. Jika aku punya kesempatan, insya Allah aku akan mempelajarinya.

Ketika PPL dulu aku sudah berazzam untuk menghafal karna banyaknya waktu luang di sekolah. Awalnya lancar jaya. Baru terasa payahnya ketika sudah mengumpulkan beberapa surat. Repotnya, ada ayat2 yang kembar tapi beda, serupa tapi tak sama. Oh, seandainya aku bisa bahasa arab, mungkin menghafal akan terasa lebih mudah.

Ya, berangkat dari sana. Akhirnya aku memutuskan untuk mempelajari bahasa arab. Dan ternyata Allah mendengar bisik hatiku. Dia berikan karunia begitu besar kepadaku. Aku berkesempatan mempelajari bahasa arab.

Bahagia rasanya dapat menjadi santri. Meski kadang aku suka cemburu pada anak-anak pesantren. Mereka itu belajar terus, bahkan sampai malam hari sedangkan kami cuma setengah hari. Pasti ilmu mereka buanyak pake banget. Muda, banyak ilmu tapi humble, mudah2an menjadi karakter para santri di manapun.

Eh tahu nggak, kalo para santri sudah punya hari khusus. Bukan setahun sekali lho, tapi seminggu sekali. Jum'at adalah hari besar mereka. Karna di hari itu biasanya ada menu spesial sekali, gulai ayam. Di hari itu juga mereka menikmati liburan. Makanya serem sekali kalau hari santri diganti pas 1 Muharam, gulai ayamnya cuma keluar setahun sekali dong. Gak asyik banget kan?

Ya, meski terlambat jadi santrinya, it's okay. Tiada kata terlambat untuk belajar. Tiada kata tua untuk memutuskan hidup bahagia.

Tugumulyo Oki, July 5,2014


@rikajanuarita2

anak hujan

anak hujan
ceria dibawah sentuhan manis sang hujan