Pages

Minggu, 30 Juni 2013

ANUGRAH

Oleh: Rika Januarita Haryati

Indah di mata, mengapa tak indah di hati? Indah di jiwa, mengapa tak indah di diri? Indah di mata nan indah di hati. Anugrah. Sesuatu yang diberikan Sang Pencipta, itulah anugrah. Setiap kita mempunyai anugrah yang berbeda. Mata jelita, tentu itu adalah anugrah. Badan yang gagah itu pun anugrah. Bagaimana karakter fisik kita, itu anugrah. Lahir dari orang tua mana itu anugrah. Semua yang diberikan pencipta begitu saja adalah anugrah.

Oh, apakah lantas wajib sedu sedan jika pada diri tidak dianugrahi wajah nan cantik, mata jelita, orang tua kaya dan terpandang?apakah lantas wajib menekuk diri jikalau tidak dianugrahi wajah tampan, badan atletis, orang tua terhormat dan tajir? Apakah harus merasa menjadi orang malang sedunia jikalau tidak dianugrahi hal-hal hebat yang dimiliki para pesohor-pesohor yang sering muncul di televisi?

Ya tentu tidak. Karena ada anugrah yang sangat bisa kita usahakan. Anugrah ini jauh lebih hebat dan lebih hakiki. Pesonanya jauh lebih kuat. Pengaruhnya sangat dahsyat. Semua orang boleh memilikinya. Tak peduli bagaimana rupanya, anak siapa, tinggal dimana, suku apa, dan lain-lain. Bahkan umur pun tak menjadi soal.

Baiklah, orang-orang familiar menyebut anugrah ini dengan inner beauty. Apa saja perangkat inner beauty? Attitude, sikap dan pemikiran. Sopan santun itu jauh lebih mempesona ketimbang cantik tapi attitude-nya amburadul. Lemah lembut, penyayang, tulus itu jauh lebih keren ketimbang tampan, kaya, tapi kasar, acuh, sombong.
Memang sih akan lebih keren lagi kalau wajah rupawan, kaya, terhormat, terpandang ditambah baik, sopan, ramah, emosinya bagus, religius, murah senyum dan dewasa serta bijaksana pemikirannya. Itu kerennya pol. Tapi sayangnya, zaman sekarang ini agak susah menemukan permata mutu manikam seperti itu. Yang sering terlihat itu, kalau kaya cenderungnya sombong, gengsi tinggi, tinggi hati (halah ini apa bedanya dengan sombong ya..). Kalau cantik atau tampan cenderungnya meremehkan orang yang menurutnya tidak rupawan. Kalau anak orang terpandang cenderung bergaya selebritas. Pengen tampil melulu, ups.

Baik kembali ke anugrah yang bisa diusahakan tadi. Semua bisa diusahakan. Kalau memang mau. Mau mempunyai sifat sabar. Tak ada usaha yang lebih mumpuni selain selalu bersabar dalam menghadapi ujian, kemarahan, ketergesa-gesaan. Kalau ingin mempunyai sifat yang dermawan ya tidak ada cara lain selain berbagi dengan orang lain. Kalau ingin religius, mau tak mau harus membiasakan diri dengan aturan-aturan dalam agama. Tapi pasti berat. Ya iyalah. Dimana-mana yang namanya awal, pasti terasa berat. Tapi lama-lama kita akan terbiasa. Lama-lama terasa ringan. Ibarat membawa beban lima kilo, awal-awal tentu saja berat. Tapi jika sudah terbiasa akan terasa ringan. Bahkan bisa jadi ketika bebannya ditambah pun kita tidak merasa berat.

Ajaibnya, banyak manusia yang lebih tertarik dengan anugrah yang memancar dari dalam ini. Orang-orang inner beauty ini lebih kita butuhkan untuk menjadi teman karib. Bukan hanya teman sekedar have fun. Dan kebanyakan nih, hubungan kita dengan orang-orang yang memiliki anugrah inner beauty ini akan terjalin jauh lebih lama
ketimbang yang hanya sekedar memiliki anugrah outer beauty.

Palembang, 5 Juni 2013 pk. 06.24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

anak hujan

anak hujan
ceria dibawah sentuhan manis sang hujan