Pages

Kamis, 18 September 2014

ABOUT HATE, LOVE AND MY ROOMMATES

Oleh: Rika Januarita Haryati

Pernah punya perasaan benci kepada seseorang? Tentu pernah. Awalnya mungkin hanya kecewa lalu menumpuk menjadi kemarahan lalu berubah menjadi benci dan dendam.

Mengapa ada rasa benci? Banyak penyebabnya. Dari hal yang sepele sampai yang prinsipil. Ada orang yang benci jika tidak diperhatikan ketika bicara. Ada yang benci karena melawan atau berseberangan dengan prinsip-prinsip hidupnya. Bahkan ada yang benci cuma gara-gara bukunya tidak sengaja terjatuh. Ya, tergantung seberapa besar dan lapang hati seseorang.

Ada seorang teman satu kost, ia tidak mudah marah. Hatinya lapang sekali. Ketika teman serumahnya, anggaplah itu aku, membuang sampah sembarangan ia bersihkan. Ketika piring menumpuk, ia cuci. Ketika kamar mandi mulai licin, ia sikati. Ketika air keran di bak mandi luber, ia tutup dengan kain karena kerannya memang rusak. Ini bukan terjadi sekali. Berkali-kali.
Kekerenannya berlanjut. Jika tidak ada yang beres-beres rumah, ia segera pasang badan. Ia ambil sapu. Bahkan setelah itu ia langsung mengepel. Wah senangnya punya teman se-kost seperti dia. Tapi pernah aku mendengarnya ngedumel, ya kalau nggak langsung dibersihkan, semutnya datang semua, katanya. Wah akhirnya ia mulai kesal. Asyik, pasti curahan hatinya bakal tumpah ruah segera.

Tapi eh tapi setelah selesai membersihkan bekas kecap yang tumpah, ia kembali sumringah. Malah plus senyum. Tinggal aku yang tidak enak hati. Akhirnya kuberanikan diri bertanya: kok mbak jarang marah sih? Matanya membulat. Katanya, “Lah ngapain juga marah. Soalnya aku suka pusing kalau liat rumah berantakkan. Rasanya nggak mood ngapa-ngapain. Pikiranku jadi butek,hehe.makanya daripada marah-marah ngabisin energi nggak jelas, mending energinya buat beres-beres. Lagian juga berpahala. And niatnya sebagai bentuk fastabiqul khairot. Betul nggak?”

Asli malu sekali rasanya. Kalau aku ada di posisinya, mungkin teman se-kost-ku akan kecemberuti seharian full jika ia melakukan itu. Setidaknya kusindir biar sadar diri. Eh dia malah bilang bahwa kita sudah dewasa. Sudah mengerti tanggung jawab masing-masing. Jika masih tidak mengerti, anggap aja anak-anak. Beres kan? Perempuan dewasa, begitu aku mengenalnya.

Ada lagi teman kostku yang baik sekali. Kalau beli makanan ia selalu ingat aku. Ukh, sudah makan malam belum? Aku beliin nasi goreng ya? Wah ada malaikat tak bersayap nih ceritanya. Dan setiap ia beli makanan untuk kami, dia tidak pernah perhitungan. Benar-benar tidak ia hitung. Mestinya kan habis berapa ditanggung bersama. Cara menyiasatinya, ya aku giliran membelikan makanan untuknya. Kami benar-benar seperti satu keluarga kandung. Jangan ditanya bagaimana baiknya dia. Orangnya periang dan humoris. Lalu yang paling penting, ia suka tantangan dan mengambil resiko. Ia sering berdiskusi denganku. Pokoknya, meskipun sekarang kami berjauhan, namanya kucatat dengan indah. Your name included in my best friends.

Sekarang, all of my roomates sudah pada berkeluarga. Bahkan sudah pada punya anak. Tinggal menunggu yang ‘sok dewasa’ itu. Hehe.

Terhadap sahabat karib, tentu saja ada saat dimana kita merasa kesal atau benci dengannya. Tapi rasa cinta kita tentu jauh lebih besar. Benci itu hanya emosi sesaat. Sedang cinta, insya Allah emosi jiwa untuk selamanya.

If I hate you, it’s only temporary. But if I love you, it will be forever. Insya Allah.

Tugumulyo OKI, 14 Agustus 2013/6 Syawal 1434H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

anak hujan

anak hujan
ceria dibawah sentuhan manis sang hujan