Pages

Jumat, 14 Januari 2011

PERMATA HIJAU KHATULISTIWA

Oleh: Rika Januarita Haryati

Tuhan, marahkah kau padaku? Sungguh deras curah murka-Mu. Kau hempaskan jari-Mu di ujung Banda. Tercenganglah seluruh dunia! Tuhan, mungkin kau kuabaikan. Tak kudengarkan peringatan, kusakiti engkau sampai perut bumi. Maafkanlah kami, Rabbi...

Itu adalah sebait lirik Indonesia Menangis yang dilantunkan oleh Sherina atas bencana yang mendera Indonesia. Bencana yang datang bertubi-tubi. Memukul segala keangkuhan penduduknya. Mengingatkan akan Allah Yang Maha Perkasa. Namun juga merupakan ujian kesabaran bagi hamba-hambaNya beriman. Tsunami, gempa, longsor, adalah pukulan-pukulan yang sangat menyakitkan sekaligus membuka katup kesadaran. Innalillahi wainnailaihi roji’un. Hanya kalimat itulah yang membasahi bibir dan hati masyarakat yang tertimpa bencana tersebut. Dan kalimat itulah yang mampu menjadi pelipur lara batin mereka.

Bencana yang melanda di negeri kita adalah investasi dari aktivitas manusia itu sendiri. Pembukaan lahan hutan, pembakaran hutan, penebangan liar, penambangan dan eksploitasi nutrisi bumi tanpa mengindahkan dampaknya terhadap lingkungan adalah sedikit contoh yang membuat bumi kita bergoncang dan meluapkan amarahnya.
Syahdan. Dahulunya, negeri kita adalah negeri yang begitu gemah ripah loh jinawi. Subur dan makmur. Tak ada negeri yang begitu penuh kekayaan alamnya. Dengan iklim tropis yang nyaman. Dengan musim yang sangat ideal. Kata orang, negeri ini adalah zamrud di Khatulistiwa. Dengan kata lain Indonesia adalah permata hijau Khatulistiwa.

Negeri ini dikaruniai lada putih yang termasyur di seluruh dunia. Bahkan rempah-rempahnya tersebut menjadi rebutan. Orang-orang Eropa bahkan rela menggemakan perang untuk memperoleh sedikit rempah-rempah dari negeri ini. Belum lagi jika kita berbicara tentang faunanya. Wajar jika banyak negera lain yang berusaha untuk menjajah negeri ini sampai berabad-abad. Atau setidaknya membuat negara ini lumpuh ekonominya agar hidup ketergantungan dengan negara lain yang mempunyai banyak dolar. Sehingga mereka bebas masuk untuk mengeksploitasi kekayaan alam negeri ini.

Jika menilik negeri kita dewasa ini, maka akan terasa sangat jauh sekali perbedaannya. Dengan pertambahan jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan karena arus urbanisasi telah menimbulkan dampak yang sangat signifikan. Berupa pemadatan lahan untuk area perumahan. Sawah dan ladang ditimbun untuk keperluan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Rawa-rawa pun tak luput dari program “efisiensi” lahan. Tanah-tanah disemen atau bahkan dipasang keramik. Sehingga tak ada lagi tempat yang berfungsi sebagai penampung air resapan. Akibatnya, hujan sedikit saja dapat menyebabkan banjir. Apalagi jika telah tiba musim penghujan. Maka, masyarakat perkotaan akan disibukkan oleh tradisi untuk meyambut kedatangan banjir yang lebih besar. Memindahkan barang-barang dan perabotan rumah ke tempat yang aman.

Jika musim kemarau tiba, sebagian negeri kita akan kekeringan. Karena tidak ada cadangan air yang biasanya disimpan di akar-akar pohon. Karena jumlah pepohonan di negeri kita terus berkurang. Setiap tahun Indonesia kehilangan 1,6 s.d 3,5 juta ha hutan (WALHI, 2007). Hal tersebut dikarenakan maraknya kasus illegal logging, penebangan liar, pembakaran hutan atau pembukaan lahan untuk keperluan pertanian maupun industri dan perumahan real estate.

Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk menjaga kelestarian alam dari kemorosotan potensi bumi dari tahun ke tahun? Apakah cukup dengan menggerutu atau menghujat pemerintah sepuas-puasnya? Atau menangis sejadi-jadinya? Tentu hal tersebut tidak akan menyelesaikan permasalahan global kita. Selaku generasi muda, kita dapat melakukan hal-hal sederhana yang berdampak besar, misalnya sebagai berikut:

1. Memisahkan sampah organik dan nonorganik
Sampah organik misalnya sisa makanan, daun, sisa sayuran dapat langsung kita buang ditanah yang sudah kita buat berbentuk lubang/kubangan dengan kedalaman satu meter saja. Sedang sampah non organik seperti plastik, kaca, kaleng, kita sediakan tempat khusus yang jika sudah penuh dapat diangkut oleh dinas kebersihan dengan mudah.

2. Melihara tanaman / pohon
Kita dapat menanam berbagai tanaman indah yang dapat menghasilkan oksigen. Kita juga wajib menanam pohon di lingkungan rumah kita. Satu pohon hanya cukup untuk memenuhi pasokan oksigen untuk dua orang saja. Jadi, silahkan dihitung sendiri berapa pohon yang harus ditanam agar pasokan oksigen minimal sekeluarga dapat terpenuhi. Selain itu, pohon pun dapat menyerap CO2, menyaring gas polutan, menyimpan air, meredam kebisingan, meredam angin dan sinar matahari.

3. Menjaga area / wilayah resapan air hujan
Usahakan di lingkungan rumah kita tersedia tanah yang dibiarkan terbuka tanpa dilapisi semen atau keramik. Tanah tersebut dapat kita tanami dengan rumput gajah atau sejenisnya agar bisa menghijaukan pekarangan rumah. Tanah yang terbuka tersebut berfungsi sebagai wilayah air resapan. Sehingga tersedia cadangan air yang cukup saat kemarau melanda.

4. Memanfaatkan kembali sampah yang bisa didaur ulang
Jika kita bisa sedikit kreatif, sampah dapat kita “sulap” menjadi barang yang berguna kembali. Sehingga kita dapat menekan pengeluaran biaya untuk kebutuhan rumah tangga yang bisa diciptakan sendiri. Maka kita harus mengetahui bahan sampah mana yang bisa di daur ulang dan yang tidak.

5. Menghemat penggunaan listrik, kertas, tissue dan plastik
Terkadang kita suka membiarkan lampu-lampu tetap menyala meskipun sudah terang. Televisi dan radio menyala tanpa ada yang menonton atau mendengarkannya. Padahal kita dapat menghemat penggunaan listrik dengan efisiensi dalam penggunaannya. Begitu juga dengan kertas dan tissue. Jika kita dapat menghemat penggunaannya berarti kita telah mengurangi jumlah pohon yang akan ditebang untuk pembuatan kertas dan tissue tersebut. Plastik pun demikian. Jika kita pandai menghemat penggunaannya, kita akan mengurangi jumlah limbahnya yang bertaburan di bumi kita. kalimat “kebiasaan hemat selamatkan umat manusia” dapat juga dijadikan slogan hidup kita.

6. Menularkan konsep penyelamatan bumi ini pada lingkungan sekitar kita
Kita harus dapat menjadi pelopor dalam perbaikan lingkungan di sekitar kita. Setidaknya, kita dapat menjadi teladan yang memprakarsai keefektifan dalam berinteraksi dengan lingkungan.

7. Mendukungan Program Pemerintah
Kita harus mendukung program pemerintah yang berhubungan dengan penyelamatan lingkungan. Atau program lainnya yang berbasis lingkungan. Misalnya, ketika pemerintah mulai menggalakkan konsep Kota Hijau ( green city), dengan peraturan pemerintah yang menetapkan UU no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang (pasal 29) dan Permendagri no. 1 tahun 2007 tentang Penataan RTH (Ruang Terbuka Hijau) Kawasan Perkotaan (pasal 9) yang menetapkan RTH minimal 30 persen dari total luas kota dengan komposisi 20 persen RTH publik dan 10 persen RTH privat.
Besar harapan jika Indonesia akan bangkit dari keterpurukan di ranah lingkungan. Harapan baik tersebut semakin semarak yaitu ketika pembukaan Special Session of the Governing Council ke-11 di Nusa Dua, Bali, yang dihadiri 30 menteri lingkungan dan para peserta dari 130 negara, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono berseru untuk menyelamatkan bumi ini. Bahkan pada saat pertemuan di Kopenhagen, juga secara spektakuler Presiden SBY mengeluarkan statement menurunkan 26% emisi. Di mana pada saat itu banyak negara yang masih mendiskusikan format untung-rugi seperti apa, bagaimana mengantisipasi soal perekonomian yang pasti akan terganggu, terkait dengan upaya penurunan emisi, terutama negara-negara maju. Setidaknya, pemerintah kita menyadari bahwa kerusakan lingkungan di negeri ini harus diminimalisir.

Tentu kuat asa dan keinginan sederhana di hati kita agar mempunyai kota yang sejuk dan bebas polusi. Seperti yang ditawarkan dengan konsep Kota Hijau. Kota hijau dipersepsikan sebagai sebuah kota yang penuh pepohonan dan taman-taman, kota yang sehat dan hampir bebas dari emisi karbondioksida (CO2) dan gas pencemar lain, serta meminimalisir penggunaan energi fosil. Selain itu kota hijau juga diartikan sebagai kota yang memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang mencukupi, menggunakan energi yang hemat, dan penggunaan sumber daya yang dapat didaur ulang (recycle) dengan memanfaatkan secara optimal energi sinar matahari, udara dan air (Retno, 2009). Jika program ini berhasil, maka tak syak lagi, Indonesia akan kembali meraih predikatnya kembali sebagai Permata Hijau Khatulistiwa.


REFERENSI

Anonim. Menyelematkan Bumi Mulailah dari Rumah. http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/1989694-menyelamatkan-bumi-mulailah-dari-rumah/.

Iinparlina. 2009. Kebiasaan Hidup Hemat Selamatkan Umat Manusia. Wordspress.com.

Marilyn. 2007. Penyelamatan Bumi dari Pemanasan Global. Blog Konsep Teknologi Tekim ITB.

Radio Nederland Wereldomroep. SBY Serukan Penyelamatan Bumi. http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/sby-serukan-penyelamatan-bumi. Diakses tanggal 12 Mei 2010
Retno, Ismawati. 2009. Kota Hijau, Kota dalam Taman. http://www.kabarindonesia.com/

WALHI. 2007. Selamatkan Bumi, Hentikan Kerusakan Lingkungan.

4 komentar:

  1. hey gmn si caranya pasang banner beat blog nya??

    BalasHapus
  2. kalau manusia tak mencintai alam, apa alasan alam untuk mencintai manusia...
    sudah selayaknya alam murka terhadap kita..

    BalasHapus
  3. rianty:
    cari embed/kode2 yg ada diblog beat blog writing contest..trus copy.
    trus bikin gadget kamu di side blog kamu, trus pilih yg ada HTML, paste kode2 td kesitu ya.. simpan dan liat hasilnya..slmat mencoba ya..

    BalasHapus
  4. to fizer0:
    iya..krn hidup kita kan perlu seimbang jg dg alam..maka kita perlu utk mulai mghijaukan kembali bumi kita...

    BalasHapus

anak hujan

anak hujan
ceria dibawah sentuhan manis sang hujan