Pages

Jumat, 01 Juni 2012

GURAT USIA

Oleh: Rika Januarita Haryati

Usia adalah catatan atas ukuran seberapa lama kita berada disini, di bumi ini. Usialah yang menjadi garis-garis pembatas dari bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa da tua. Meskipun ukurannya tidak ditetapkan secara rigid. Namun kita semua tentu sepakat bahwa umur 25 tahun adalah usia kita haruslah mandiri, karena kita tidak lagi dihitung sebagai anak-anak ataupun remaja. Orang menyebutnya pemuda atau dewasa.

Usia adalah ukuran kapan kita mulai menanggung beban tanggung jawab. Semakin bertambah usia, diharapkan semakin banyak dan berat amanah yang harus dipikul oleh pundak kita. Tentu, kita selalu berharap bahwa kekuatan kita semakin bertambah seiring dengan bertambahnya usia yang masih setia membersamai kita.

Usia adalah ukuran bagi seseorang untuk menyematkan tanda atau gelar panggilan kesopanan dan kesayangan. Apakah harus dipanggil kakak, adik, bapak, ibu, kakek ataupun nenek. Namun, banyak kita mencoba menipu usia. Bisa jadi seseorang berpenampilan sangat muda dari kita padahal usianya jauh melampaui kita. Bisa jadi juga seseorang berperawakan lebih tua, namun usianya ternyata lebih muda dari kita. Maka dengan melihat riwayat usia, kita tak akan tertipu.

Memang, seseorang yang hidup dalam medan yang keras akan membuatnya terlihat lebih dewasa dari umur sebenarnya. Banyaknya pengalaman hidup ataupun beban hidup yang sangat berat akan menjadikan seseorang terlihat lebih matang. Maka senyum yang setia dalam keseharian merupakan penyeimbang agar umur tak terlihat terlalu menanjak jauh.

Tentu, usia bukanlah ukuran bagi kebahagiaan. Belum tentu orang tua lebih bahagia dari yang muda. Begitu pula sebaliknya. Terkadang, usia dapat menjebak kita. Kita selalu senang untuk tampil lebih muda. Maka apapun akan dilakukan oleh sebagian dari kita agar terlihat lebih muda. Maka, berhati-hatilah jika akhirnya kita hanya disibukkan oleh permasalahan tersebut. Karena kita akan sibuk sendiri. Menghabiskan waktu, dan memutar otak untuk menipu diri sendiri dan orang lain.

Lalu, berapa usiamu sekarang? Aku telah melampaui seperempat abad. Namun beragam pertanyaan berjejalan di kepalaku. Apa yang telah aku persembahkan untuk agamaku, keluargaku, bangsaku, negaraku, sahabat-sahabatku, dan untuk diriku sendiri? Sebagian besar waktu telah dihabiskan untuk apa? Lebih banyak hal yang positif ataukah yang negatif? Selama ini aku telah disibukkan oleh apa? Kebaikankah atau hal yang sia-sia? Dan hal yang krusial, sudah berapa ayat-ayat Alquran yang telah kuhafal? Berapa lagi yang telah kuamalkan?

Maka, kebahagiaan tak terhingga ketika para sahabat mendoakan aku agar memiliki usia yang barokah. Sungguh, akupun turut berdoa yang sama teruntuk semua yang telah sudi membagi waktunya sedikit untuk mendoakanku. Ada keharuan dan rasa terima kasih yang mendalam.

Usia ini tak selamanya akan terus terukir di bumi. Ada batas masa yang kita telah tiba kita menyebutnya tutup usia. Namun, kita tak pernah tahu kapan pastinya. Yang kita tahu, tutup usia itu pasti. Penuh misteri dan tak seorangpun sanggup membongkarnya. Namun kita selalu berharap setiap tarikan nafas kita dapat menuai ganjaran pahala. Dari waktu pula kita dapat membasuh keburukan yang pernah kita toreh dengan istighfar.

Sungguh, Allah Maha Baik. Dia selalu menyediakan penawar bagi setiap keburukan atau kekhilafan yang kita perbuat. Istighfar adalah obat. Sholat adalah obat. Shaum (puasa) adalah obat. Bahkan komat-kamit dzikir kitapun adalah obat. Sedekah, bangun malam dan menangis dalam kesunyian pun dapat menjadi obat. Hidup kita benar-benar dahsyat.

Ya, usia kita boleh tua, tapi tidak dengan jiwa kita. Kita harus merasa selalu muda. Agar lebih bersemangat dan energik. Seperti harapan kita yang selalu segar dan muda.

Pertambahan usia adalah karunia, jika seiring pertambahannya diiringi kebijaksanaan yang menggurat. Semakin tua, membijaklah kita dalam memecahkan setiap persoalan. Semakin tenang gelagat kita dalam merespon setiap perkara yang menghantam kita. Selalu berupaya mencari hikmah dibalik kesulitan yang telah bertandang. Sungguh, menjadi tua tentu lebih baik. Jikalau kebijakan dan kebajikan hidup hanya bisa kita hadirkan saat usia bertambah.

Kita mengaku, usia kita bertambah sudah. Namun jatah hidup kita berkurang. Maka, ibarat musafir kita tidak boleh kekurangan bekal karena perjalanan ini sangat jauh dan panjang. Sejauh ini, guratan apa yang telah kita ukirkan dalam pahatan usia kita? Jika masih belum ada, maka hari inilah kesempatan yang sempurna untuk mengukirnya. Karena bagi Allah, tak ada kata terlambat. Kecuali nafas telah berada di kerongkongan.

Tugumulyo OKI, 14 Januari 2012

Note: Catatan biasa dan tak ada yang spesial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

anak hujan

anak hujan
ceria dibawah sentuhan manis sang hujan