Pages

Kamis, 04 September 2014

BUNGA

Oleh: Rika Januarita Haryati

Bunga itu cantik. Warnanya cerah memikat. Ronanya memesona. Di tangkai ia berayun lembut. Menebarkan setiap jengkal wanginya pada angin yang menyapa. Kupu-kupu senang riang mengagumi si bunga. Begitupun kumbang. Bahkan terkadang semut pun tergoda.

Tapi tahukah kau bahwa bunga itu sebelumnya hanyalah daun-daun kecil? Seiring perjalanan waktu ia membesar menopang nutrisi untuk menciptakan bunga. Ia bekerja siang malam untuk menjaga agar akhirnya ia berbunga. Begitu rumitnya proses berfotosintesis dengan menggunakan reaksi terang. Saat malam lebih rumit lagi, karena ia harus tetap ‘berfotosintesis’ tanpa cahaya. Ia memasuki reaksi gelap. Untuk apa semua itu? Agar tetap bertahan hidup, demi si bunga yang cantik.

Lalu tahukah kau bagaimana para batang bekerja? Ia rela menjulang menerjang badai. Ia ikhlas tertampar angin.Tak mengapa ia tidak cantik, coklat saja tubuhnya atau bahkan legam.Retak-retak kulitnya karena usia pertumbuhan pun tak mengapa. Pada akhirnya, di ujung batangnya kan menyembul si bunga cantik idaman. Ia rela bersabar. Entah meski harus berapa lama. Tak peduli meski harus melewati beberapa musim. Jika si bunga cantik telah mekar, terbayarlah sudah segala macam kepayahan yang menyelimutinya dengan pekat. Oh bunga, engkau adalah penawar penderitaan.

Lalu, siapakah yang bekerja dengan sangat dahsyat. Teliti, detail, tapi tidak terlihat sama sekali? Dialah akar. Ia pun bekerja menjalar kemana-mana demi kekokohan si batang. Ia melata kemana-mana,demi mendapat air, unsur hara, garam mineral untuk kelangsungan hidup semua.Bahkan ia rela terlihat paling jelek, demi mencari unsur terpenting agar hormon pembungaan bekerja. Bahkan ia rela berada di tempat paling menjijikan. Di tanah, bahkan menusuk ke dalamnya.Bertemu para cacing. Berjumpa bakteri. Bersapa para mikrobia. Oh, jikalau bukan demi si bunga tersayang, manalah ia sanggup melakukan itu semua. Lalu, atas semuanya, tak ada satupun orang yang melihatnya. Tak ada yang memberi reward atas kerja kerasnya. Tersembunyi semua. Meski semua tahu, tanpa akar, jangankan bunga, pohon pun tak akan berani menjulang.

Bunga cantik hadir. Bergembiralah semua. Bahkan sepenuh taman bersuka ria. Kupu-kupu dan kumbang-kumbang turut meramaikan. Semua bercerita tentang si bunga. Cantik dan semerbak. Merona dan aduhai sungguh memesona. Semua tak ragu untuk datang dan mempersuntingnya. Si bunga disunting menjadi hiasan kepala para putri raja.

Maka, banyak orang tua yang menamai putri kesayangan mereka dengan nama si bunga cantik. Bunga, zahrah,zahwa. Semua berarti bunga. Mawar, melati, yasmin, wardah. Itu pun semuanya adalah bunga. Bahkan banyak orang yang melambangkan keindahan, cinta, dan kasih sayang dengan bunga.

Sungguh, aku sangat berharap mempunyai sebuah taman, meski harus kecil saja tapi dipenuhi dengan bunga.

Maka, kau, para muslimah, lebih cantik dari semua bunga yang pernah tumbuh di muka bumi. Perjuanganmu tak kalah heroiknya. Aku tahu, betapa susahnya menjaga kehormatan di zaman yang tak terlalu memperdulikan kehormatan. Tapi kalian berusaha sekuat mungkin. Sungguh, bahkan akupun menghormatimu yang selalu berusaha menjaga diri, berislam secara kaffah dan berusaha menjadi teladan bagi muslimah yang lainnya.

Palembang, 16 September 2013 pk.07.00 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

anak hujan

anak hujan
ceria dibawah sentuhan manis sang hujan