Pages

Minggu, 21 September 2014

HUJAN, HUNAIN, HUJAN!

Oleh: Rika Januarita Haryati

Kau pandangi hujan, Hunain. Hampir saja ia tak jadi turun. Menitik lembut. Kaupun cepat menganalisis dan berspekulasi. Tak mungkin kau terobos hujan. Langit telah menghitam. Sebentar lagi hujan menderas, Hunain. Dan benar saja, sepersekian detik berikutnya, titik-titik lembut pecah berdebam. Inilah hujan, Hunain.

Apakah kau masih ingat cerita hujan, Hunain? Saat Ia ingin memelukmu. Saat ia mengejarmu berkilo meter dengan sejuta peluh. Kau lari ketakutan. Ia terus mengejar. Sampai kau menyerah, lalu kuyup sekujur tubuhmu. Kau menggigil. Lalu kau menangis. Cinta macam apa ini? Aku tidak butuh, teriakmu lantang. Lalu hujanpun surut. Menghilang dari kehidupanmu.

Oh Hunain, di seberang negeri ini orang-orang mencari hujan. Mereka berdoa agar diceriakan hidupnya dengan hujan. Tangan mereka telah tengadah tinggi-tinggi ketika baru saja tercium aroma hujan. Mereka menyambut dengan segala rupa kesibukan. Menyiapkan ember-ember besar, bahkan kaleng-kaleng kerupuk karatan untuk menampung hujan yang masuk melalui celah atap yang telah usang. Lihatlah, saat hujan mereka berpesta di tengah halaman rumah. Saling memercikan hujan kepada yang lain. Pura-pura menghindar. Padahal kuyup sudah sekujur badan. Betapa romantisnya mereka terhadap hujan, Hunain.

“As samaa-u tumthirul aan*”, katamu kemudian. Lalu, apakah kau akan kembali menghindar, Hunain? Kau menggeleng perlahan, ragu. Kau membayangkan betapa menggigilnya saat hujan menusuk kulitmu. Namun kau berpikir bahwa sudah saatnya kau menerima hujan. Bunga yang kau tanam telah banyak yang layu dan mati, bukan? Tamanmupun kerontang.

Hei, hujan, Hunain, hujan. Kau pun sumringah. Memejamkan mata. Membayangkan kehangatan yang datang bersama guyuran hujan. Membentangkan harapan agar bunga-bunga kembali harum memekar. Berjanji ditengah percik berderai akan mencintai hujan dengan setulusnya. Menerbangkan doa-doa dan harapan yang mulai kau rajut dengan sabar.

Hujan, Hunain, Hujan! Ibarat emas yang tiba-tiba turun. Jika kau mengerti nilai emas, kau akan berlari memutirinya percik demi percik. Tak rela jika ada yang jatuh terhisap oleh yang lain. Tak suka, jika ia lama tak datang.

Hujan, Hunain, ia membawa kebaikan. Kebaikan bagi orang-orang baik. Ia itu tentara Allah, mana mungkin ia menyakitimu, bukankah begitu? Maka sudah selayaknya kita merayakan setiap pertemuan antara tentara Allah.

Hujan, Hunain, hujan! Ayo rentangkanlah tanganmu.

Note:

*langit hujan sekarang

Tugumulyo penuh butiran hujan, 17 Juli 2013 pk.15.00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

anak hujan

anak hujan
ceria dibawah sentuhan manis sang hujan