Pages

Rabu, 17 September 2014

SUARA

Oleh: Rika Januarita Haryati

Oleh: Rika Januarita Haryati

Suara di pagi lembut menyapa.Suara embun bergelayutan. Suara daun jatuh malu-malu. Suara kecipak air disurau membasahi wajah. Suara ayam menawarkan persahabatan. Suara anak-anak berebutan mandi. Adapula suara meriam jatuh membentur dinding-dinding rumah.

Suara-suara berkobaran dikala siang. Suara kampanye menjual janji manis penuh siasat. Suara sapi-sapi memotong rumput yang kering. Suara sumbang biduan merayu. Suara kutukan, caci-maki penuh kebencian. Namun adapula suara khotbah khusyuk di ruang kecil di sudut bangunan mewah. Dimana suaramu? Kucari- cari suaramu nan merdu dan merindu.

Suara kelelahan di sore hari.Suara derum asap-asap membumbung ke angkasa. Suara klakson menjerit mengagetkan. Suara derap langkah pulang ke kandang. Suara serak habis berjualan. Suara malas penuh kepenatan. Suara kerinduan pada hipnotis rumah. Suara sendok dan piring beradu. Suara kecap bermacam-macam makanan. Suara sirine meraung. Aku suka suaramu.

Dari berjuta suara yang kudengar pada pagi, siang, sore dan malam, suaramulah yang paling kurindukan.Suara tegas namun berubah lembut syahdu menyentuh kalbu ketika tanganmu memangku Al Quran. Kau bicara segenap jiwa. Kau bernada dengan memberikan hak-hak yang sesuai pada semua huruf yang berjajar dan berangkai indah. Suaramu selalu mengingatkan pada suara gemuruh anak-anak kecil di Palestina. Mereka merencanakan bermain bola di tengah ancaman meriam. Mereka menyetor hafalan.Entahlah, apa hubunganmu dengan mereka. Tapi apa yang kau senandungkan di tiap kudengar selalu membuat jatuh lunglai. Suaramulah yang kurindui. Suaramulah penghilang dahaga. Suaramu selalu membuat jatuh hati.

Palembang, 25Agustus 2013 pk.15.23

Note:

Kemarin kulihat anak-anak muridku duduk melingkar. Mereka mengaji bergantian. Aku terpaku khusyuk mendengarkan. Pada hari itu aku mengajar dari jam kedua sampai jam kedelapan. Full time. Rasanya lelah dan berat luar biasa. Berjalan saja rasanya sudah hampir terhuyung. Tapi ketika mendengar suara mereka, aku tidak jadi pulang. Aku duduk terdiam. Kuresapi saja ayat-ayat yang beterbangan di udara. Benar-benar terasa sejuk dan menyejukkan jiwa. Trims ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

anak hujan

anak hujan
ceria dibawah sentuhan manis sang hujan