Pages

Rabu, 27 Agustus 2014

CINTA ADALAH PERSAHABATAN

Oleh: Rika Januarita Haryati

Cinta adalah persahabatan. Orang yang saling mencintai adalah orang yang sama-sama berjanji untuk saling bersahabat selamanya. Marah, benci, kesal dibungkus oleh persahabatan. Maka hal-hal buruk tersebut tak akan kekal. Bagaimanapun, seorang sahabat akan memaafkan kesalahan sahabatnya. Sedang cinta, sayang dan kasihnya pun dibungkus oleh persahabatan sehingga takkan membabi buta.

Dalam bersahabat, selalu ada nasehat. Menasehati atau dinasehati adalah hal yang lumrah dalam jalinan persahabatan. Jika ada kayu yang bengkok, maka akan segera diluruskan dengan cara yang baik. Maka jika seorang sahabat terlena oleh kesalahan, maka sahabatnya akan menasehatinya dan berusaha menjauhkannya dari kesalahan-kesalahan selanjutnya. Bahkan jikalau sahabatnya jatuh kedalam got sekalipun, maka sahabatnya takkan meninggalkannya. Sahabat akan tetap mengulurkan tangannya. Tak peduli betapa kotornya dan baunya got tersebut. Sahabat akan berusaha sekuat tenaga untuk mengeluarkan sahabatnya dari got tersebut.

Entah, bagaimana mengukirkan sebuah cerita tentang persahabatan ini. Mungkin memang muluk. Tapi sungguh, cerita orang-orang yang saling bersahabat itu banyak sekali. Kau tahu kawan, cerita persahabatan orang-orang terdahulu? Pernahkah kau mendengar cerita tentang seorang sahabat yang meletakkan kakinya pada mulut lubang ular? Hal itu ia lakukan agar ular tidak keluar dan menggigit sahabat yang ia cintai.

Pernah jugakah kau mendengar kisah seorang sahabat yang merelakan gadis idamannya akhirnya dipinang oleh sahabat yang menemaninya kerumah sang gadis untuk melamarnya? Apalah daya ternyata sang gadis justru menyukai sahabatnya. Bahkan kau tahu kan jika si sahabat ini akhirnya menghadiahkan maharnya untuk sahabatnya? Dia adalah Salman al Faritsi, sedang sahabatnya adalah Abu Darda. Oh kawan, cerita ini sudah lewat berabad yang lalu. Namun, tiada orang yang akan lupa bahwa cerita ini ada.

Cinta adalah persahabatan. Kau tahu kawan, dalam persahabatan tentulah ada lapang dada. Itulah yang menyebabkan persahabatan kita bertahan sampai sekarang. Oh ya, dalam persahabatan juga ada hormat. Mana tega kita untuk menjelek-jelekkannya meski dari belakang. Bahkan yang ada justru rasa pedih jika mendengar ia dijadikan guyonan oleh orang lain.

Terkadang ajaibnya, ada rasa bahagia ketika ada orang lain menceritakan tentang kebaikannya. Juga ketika ada orang yang menitipkan salam untuknya. Atau ada orang yang juga mendoakan untuk kebaikannya. Saat ia bahagia, kaupun bahagia. Saat ia sedih, tiba-tiba saja langitmu terasa mendung. Apakah kau pernah merasakan hal tersebut?

Dalam bersahabat tidak ada test. Jangan coba-coba menge-test-nya. Test kebaikannya. Test kejujurannya. Atau test-test lainnya. Lalu bagaimana melihat ia apa adanya? Ingatlah perkataan Umar bin Khattab bahwa kita akan tahu dengan sendirinya kualitas sahabat kita dengan saat seperjalanan dengannya, saat berbisnis dengannya dan saat bermalam dengannya. Ia tetap baik atau berubah menjadi srigala.

Saat kau memberlakukan test, maka ketulusanmu telah hilang. Kau takut sebelum ketakutan itu mendatangimu. Kau pengecut. Kau telah mengisolasi sahabatmu. Kau menyemprotkan pestisida ke wajahnya.

Ya, di bumi ini, ada orang-orang yang jikalau kita berada di depannya maka mulutnya dan wajahnya manis sekali. Suaranya memuji kita. Tingkah lakunya akrab dan membuat terkesan. Namun setelah kita hilang dari pandangannya, maka semua aib kita ia obral kepada siapa saja. Seolah-olah kita adalah musuh bebuyutannya. Maka mendoakannya adalah hal terbaik agar penyakitnya tidak menular.

Aku pernah difitnah. Tapi tidak apa-apa. Itu juga sudah lama sekali. Pernah juga ada yang salah mempersepsikan tentang aku. Hal ini yang paling menyakitkanku karena dilakukan oleh orang yang dekat denganku. Tapi tidak apa-apa. Mungkin itu cara Allah memberitahuku sahabat seperti apa dirinya. Sungguh, aku tidak rugi.

Aku berterima kasih karena masih mempunyai banyak sahabat yang tulus. Mereka yang mencintaiku karena Allah. Mereka yang tetap menjaga kehormatanku meski aku jauh dari mereka. Mereka yang tidak mencibirku dari belakang.

Ya,ya,ya bagaimana mungkin mereka melakukannya di belakangku. Kalau ditanya mengapa, bisa-bisa mereka terkekeh sambil berkata: “bagaimana mungkin kami mencibirmu dari belakang, kan lebih asyik langsung dari depan. Haha”

Maka, cinta memang adalah persahabatan.

Palembang, 1 Desember 2013 pk.12.00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

anak hujan

anak hujan
ceria dibawah sentuhan manis sang hujan