Pages

Minggu, 31 Agustus 2014

CINTAKU PADA JASMIN

Oleh: RikaJanuarita Haryati

Alangkah lengkapnya, jikalau di tamanmu ada bunga mawar dan melati. Keduanya sama mahsyurnya. Keduanya cantik jelita. Nama mereka pun sungguh indah saat diucapkan maupun saat didengar. Rosa sinensis dan Jasminum sambac. Keduanya semerbak mewangikan taman sejauh pandangan. Oh kumbang mana yang tak tersihir oleh kecantikan keduanya. Hai kupu-kupu mana yang tak terpikat oleh kejelitaan mereka. Tanah mana yang tak bahagia melahirkan keduanya. Bunga-bunga lain pun mendapat berkah karena bisa bersanding dengan keduanya sehingga tersiram keharuman yang terbaik.

Tahukah kau,dibalik semua kesamaan anugrah yang melingkupi keduanya, ada perbedaan yang mencolok. Apakah itu berkaitan dengan warna bunganya? Apakah bentuk batang dan daunnya? Apakah perawakannya? Apakah sifat-sifat filosofisnya? Baiklah, semua kemungkinan itu benar. Tapi yang paling mencolok adalah bagaimana orang memperlakukan keduanya.

Terhadap mawar,pecinta mana yang tak mengenalnya? Warna merahnya adalah perwakilan dari hatiyang buncah. Hati yang berbunga. Bunganya adalah perasaan yang mendalam. Emosi yang teraduk-aduk dan dipenuhi oleh cinta. Memberikan mawar adalah perlambang penawaran cinta. Menerima mawar adalah perlambang menyambut cinta. Tapi oh sayangnya, banyak orang yang salah kaprah. Mereka pikir mawar ini bisa dibeli dan diberikan kepada siapa saja yang disukainya. Bahkan manusia paling bajingan sekalipun bisa dengan ringan menenteng mawar kemana-mana lalu memberikannya kepada siapa saja, perempuan mana saja. Oh, begitulah sejatinya nasib mawar. Atas nama cinta, orang-orang menodai kehormatannya. Karena oh karena, ketika perempuan telah menyambut mawar yang diberikan oleh seorang lelaki, maka meski belum terikat pernikahan, para pecinta palsu merasa telah saling memiliki. Bahkan merasa boleh saling melakukan apa saja. Bergandengan, berpelukan, dan ber-ber lainnya. Pada akhirnya, mawar ini hanya bisa tertunduk menangis menyesali akhir dari sejarahnya hidupnya.

Mungkin kau pun pernah menyaksikan saat remaja galau. Mereka memetik mawar hanya untuk menceraikan beraikan mahkotanya sambil berspekulasi mencari jawaban “iya” atau“ tidak”. Yah, lama disayang-sayang si mawar, pada akhirnya hanya menjadi sampah para spekulan galau. J

Mawar biasanya dipisahkan mahkotanya, lalu di taburkan di jalan-jalan para pejabat yang sedang berjalan. Ya, pada akhirnya kecantikannya hanya untuk diinjak-injak. The last, mawar berakhir di pemakaman.Menjadi penghias tanah yang masih memerah.

Bagaimana dengan melati? Melati bermahkota lebih kecil. Terlihat bersahaja. Warnanya tidak cerah mencolok ataupun merona. Putih saja. Sederhana saja. Tapi wanginya bisa menghipnotis siapa saja. Kecuali orang-orang yang hidungnya bermasalah atau alergi bau wangi yang natural.

Apa yang dilakukan orang-orang terhadap si melati? Pernah kau lihat orang-orang memetik kuncup-kuncup melati lalu mereka letakkan pada keranjang? Pernah jugakah kau melihat orang-orang merangkai bunga melati? Selanjutnya, bunga melati itu akan diletakkan sebagai mahkota penghias di atas kepala para gadis pengantin.Terkadang para tamu undangan pun tak segan memetik sang melati dari kepala si gadis.

Kecantikan melati hanya membersamai kecantikan gadis yang menggenapkan setengah dien (agama).Gadis yang merayakan cintanya dengan cara terhormat. Sungguh, belum pernah terdengar para pecinta palsu memberikan setangkai melati untuk pasangannya J.

Aku suka melati karena ia bisa hidup dimana saja. Ia mudah tumbuh dimana saja. Ia fight terterhadap serangan hama. Menanamnya pun sangat mudah, cukup kau stek saja. Cukup kau tancapkan batangnya ke tanah, maka ia akan tumbuh semarak. Ia tak perlu jambangan mewah atau pot yang cantik. Ia tak perlu dipupuk, karena ia adalah bunga yang mandiri. Ia akan mencari sendiri apa yang ia butuhkan. Ia sederhana,namun kuat. Ia rakyat jelata namun terhormat. Ia kecil namun harum. Ia biasa saja namun khas dan berkarakter.

Aku suka melati.Suka pada kebersahajaannya. Keharumannya yang berwibawa. Orang-orang memperlakukannya dengan hormat. Bentuknya mahkotanya biasa saja bahkan kecil.Bahkan dibandingkan mawar atau anggrek, dia bukanlah apa-apa. Begitu pun warnanya, putih saja. Tidak seperti mawar yang punya spektrum warna bervariasi.Namun karena itulah orang memilihnya untuk melengkapi kecantikan para pengantin.

Sungguh, siapa pun boleh saja menjadi cantik. Gadis manapun boleh saja harum menawan. Namun yang terpenting dari segalanya adalah kecantikan yang berwibawa. Kecantikan yang membuat orang merasa hormat. Tentu saja bukan karena kau cantik, kaya, juga anak pejabat yang membuat orang menghormatimu tapi karena kecantikan akhlakmu yang memancar dengan indahnya.

Palembang, 2 November 2013 pk 17.24 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

anak hujan

anak hujan
ceria dibawah sentuhan manis sang hujan