Pages

Jumat, 01 Agustus 2014

Berangkat dari Mana?

"Mengapa kamu ambil sastra arab?" tanyaku pada seorang teman.
"Kata Imam Syafi'i, jawabnya, kesungguhan beragama seorang non arab itu dapat dilihat dr kesungguhannya mempelajari bahasa arab".

Rasanya ingin sekali menyela. Banyak kok di luar sana muslim dan muslimah yang dapat beragama dengan sangat baik meski mereka tidak bisa berbahasa arab. Lagian zaman sekarang banyak kok buku-buku terjemahan. Tapi, itukan pendapat Imam Syafi'i bukan pendapat pribadinya. Waduh.

Akhirnya aku bertanya lagi:" Terus, mengapa kamu ambil konsentrasi jurusan Timur Tengah?"

Dengan santai Ia menjawab:" Kan kita mau menyelamatkan Palestina. Nak nyelamatke Palestin kito nih."

Jleb! Aku tak bisa berkata-kata lagi. Tetiba teringat bahwa Imam Syafi'i itu hijrah ke dusun yang bahasa arabnya fasih dan masih murni untuk belajar bahasa arab. Padahal Beliau lahir di Ghozza lalu hijrah ke Mekkah. Tapi Beliau tetap mempelajari bahasa arab. Ternyata salah satu syarat menjadi ahli fiqih adalah paham bahasa arab beserta kaidahnya.

Ya, bahasa arab memang penting. Jika aku punya kesempatan, insya Allah aku akan mempelajarinya.

Ketika PPL dulu aku sudah berazzam untuk menghafal karna banyaknya waktu luang di sekolah. Awalnya lancar jaya. Baru terasa payahnya ketika sudah mengumpulkan beberapa surat. Repotnya, ada ayat2 yang kembar tapi beda, serupa tapi tak sama. Oh, seandainya aku bisa bahasa arab, mungkin menghafal akan terasa lebih mudah.

Ya, berangkat dari sana. Akhirnya aku memutuskan untuk mempelajari bahasa arab. Dan ternyata Allah mendengar bisik hatiku. Dia berikan karunia begitu besar kepadaku. Aku berkesempatan mempelajari bahasa arab.

Bahagia rasanya dapat menjadi santri. Meski kadang aku suka cemburu pada anak-anak pesantren. Mereka itu belajar terus, bahkan sampai malam hari sedangkan kami cuma setengah hari. Pasti ilmu mereka buanyak pake banget. Muda, banyak ilmu tapi humble, mudah2an menjadi karakter para santri di manapun.

Eh tahu nggak, kalo para santri sudah punya hari khusus. Bukan setahun sekali lho, tapi seminggu sekali. Jum'at adalah hari besar mereka. Karna di hari itu biasanya ada menu spesial sekali, gulai ayam. Di hari itu juga mereka menikmati liburan. Makanya serem sekali kalau hari santri diganti pas 1 Muharam, gulai ayamnya cuma keluar setahun sekali dong. Gak asyik banget kan?

Ya, meski terlambat jadi santrinya, it's okay. Tiada kata terlambat untuk belajar. Tiada kata tua untuk memutuskan hidup bahagia.

Tugumulyo Oki, July 5,2014


@rikajanuarita2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

anak hujan

anak hujan
ceria dibawah sentuhan manis sang hujan