Pages

Sabtu, 16 Agustus 2014

SI PETAI DAN SI JENGKOL

Pernah sesekali aku berpikir tentang sesuatu yang acak saja. Pikiran mengalir. Hati bertanya tanya. Ah, hal sepele memang. Semisal, mengapa aku tidak tertarik untuk makan pizza atau spagetti. Mengapa sih aku tidak mau minuman bersoda.


Jawabannya mudah saja. Tidak selera. Di desaku, mana ada makanan seperti itu. Mungkin lidah orang desa yang konservatif. Jadi harus yang sudah biasa dimakan dari kecil. Tapi eh tapi,meski itu si petai dan sejolinya si jengkol adalah makanan terkhas dari desa, aku juga tidak suka. Kecuali untuk kasus darurat.


Termasuk kasus darurat adalah ketika kita menjadi tamu dan menginap, lalu hanya ada sambal tempe bertabur petai atau rendang jengkol. Atau kasus kedua adalah aku mendapat kiriman rantang dari tetangga. Isinya bihun goreng dengan suwiran daging, tempe dan petai.


Pernah suatu kali,tanteku masak rendang. Tapi bentuknya sudah berbeda. Tak ada lagi si jengkol yang kukenal. Ternyata, onde mande, jengkol itu kalau direndang, rasanya jadi enak sekali. Lidahku saja berhasil ia tipu. Penyamarannya benarbenar sempurna.


Aku pikir-pikir, toh petai dan jengkol itu alami dan natural. Jika dibandingkan dengan makanan-makanan cepat saji yang marak menguasai gaya hidup kita, petai dan jengkol jauh lebih bergizi ketimbang sfc, cfc, gtc, mumkin donut, spaketti, pizzang hurt, dll.


Asli, produk makanan instant dan cepat saji plus junkfood banyak sekali di sekitar kita. Meski mahal tapi laris manis.

Kabar baiknya, ekonomi kita sedang berkembang pesat. Rekrutmen kerja untuk operasional yang berarti membuka lapangan kerja.


Kabar buruknya, terlalu sering mengonsumsi fastfood secara kontinu akan menyebabkan maraknya penyakit yang berkaitan dengan organ sistem pencernaan.


Keburukan selanjutnya, makanan dengan zat sintetis di atas dapat mencetuskan kanker. awalnya sih kantong kering dahulu, 5 atau 10 tahun kemudian baru sel kankernya berkembang.


But, well, meski sudah banyak peringatan, contoh akibatnya, toh tetap saja kita serbu tempat kediaman si fastfood tadi. Maklum, jaga gengsi and status sosial dunk.


Aku membayangkan nanti ada restoran menu petai dan jengkol. Racikan bumbunya membuat aroma khasnya menghilang. Lalu orang-orang mengantri untuk makan di sana. Sepertinya, akan lebih banyak faedahnya ketimbang mudharatnya. Karena sebenarnya kandungan didalam petai dan jengkol ada senyawa rahasia yang menyebabkan orang merasa bahagia ketika makan. Cocok sekali untuk orang-orang yang tidak hobi makan, tapi ngemilnya luar biasa.


Begitulah, jengkol dan petai terlihat tidak menarik dan kampungan. Tapi ia natural dan memiliki faedah bagi tubuh kita.


Saat tak tahu ingin menulis apa,
12 April 2014 pk 08.04

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

anak hujan

anak hujan
ceria dibawah sentuhan manis sang hujan